Notification

×

Kategori Berita

Tags

Iklan

Kata Pengantar (feminist-sosialis book)

Selasa, 30 November 2010 | November 30, 2010 WIB Last Updated 2012-01-08T02:38:30Z
Feminisme dan sosialisme merupakan resolusi yang dikeluarkan pada
konferensi nasional Partai Sosialis Demokratik pada bulan Januari 1992. Ini merupakan resolusi terakhir dari serangkaian resolusi yang dikeluarkan oleh Partai Sosialis Demokratik sejak berdirinya di tahun 1972, dalam menganalisa penindasan terhadap perempuan, dan pentingnya menghapuskan penindasan ini sebagai bagian dari perjuangan untuk mencapai masa depan yang lebih berkeadilan sosial, demokratis dan berkelanjutan.
Partai Sosialis Demokratik dan organisasi pemuda yang bernaung di bawahnya yaitu Resistance, bersama-sama memperjuangkan kebangkitan gerakan pembebasan perempuan sejak awal 1970-an. Pembebasan perempuan telah menjadi komitmen dalam kerja-kerja partai selama lebih dari 20 tahun
Partai Sosialis Demokratik dan Resistance turut dalam memperjuangkan dan mengkampanyekan gerakan ini-dari konferensi pembebasan perempuan yang pertama di Sydney pada bulan Januari 1971 dan perayaan hari perempuan internasional yang pertama dan terbesar di Melbourne pada tahun 1972 hingga berbagai kampanye dan peringatan hari perempuan internasional pada saat ini

Selama lebih dari dua dekade kami terlibat dalam sebagian besar kampanye untuk hak-hak perempuan-perjuangan untuk hak perempuan dalam mengontrol reproduksi dan kesuburan yang diorganisir oleh Aksi Kampanye Perempuan untuk Aborsi; memperjuangkan agar gerakan serikat pekerja mengangkat tuntutan perempuan melalui Kampanye Piagam Pekerja Perempuan; dan dalam perjuangan untuk menghapuskan pemisahan dan diskriminasi jenis kelamin dalam industri-sebagai contoh, melalui kampanye pekerjaan untuk perempuan telah memaksa BHP untuk mempekerjakan perempuan di industri baja miliknya di Port Kembla dan Newcastle dan membayar kompensasi atas praktek diskriminasi dalam pengupahan. Kampanye ini berhasil menjadi aksi kelas (class action) yang pertama di Australia

Kami memperjuangkan hak-hak perempuan dalam pendidikan, pekerjaan dan di masyarakat; upah dan kondisi kerja yang lebih baik bagi perempuan; melawan kekerasan dan perkosaan, pelayanan yang lebih bagus untuk perempuan di masyarakat; menentang praktek diskriminasi di segala sektor

Kami juga melebur dalam perjuangan untuk membebaskan perempuan dari definisi sempit tentang peran sosial mereka sebagai istri dan ibu dalam keluarga. Bagian dari perjuangan ini adalah untuk mempertegas kembali definisi positif tentang perempuan oleh perempuan, dengan adanya stereotype atas perempuan yang dibangun oleh media massa dan iklan melalui dampak negatifnya terhadap kesehatan perempuan, yang menyentuh kehidupan pribadi mereka. Selain perjuangan untuk melawan sensorship sehingga kaum perempuan dapat menguasai tubuh mereka sendiri, juga kesehatan, kesuburan dan seksualitas mereka tanpa mengalami tuduhan berbuat cabul dan berbagai tindakan menindas lainnya
Neo-Liberalisme
Saat ini feminisme dan hak-hak perempuan mengalami tekanan terberat sejak kurun waktu 40 tahun terakhir. Sebagai usaha untuk menghancurkan hak-hak yang berhasil dimenangkan oleh gerakan perempuan pada tahun 1970-an
Serangan ditujukan pada kontrol perempuan atas kesuburan dan tubuh mereka, pemotongan subsidi terhadap pelayanan penitipan anak, Rumah penampungan untuk korban perkosaan dan pengungsi perempuan, dan beberapa program seperti, anti diskriminasi sex dan kesempatan yang sama merupakan sebagian dari kerja bersama kapitalisme Australia untuk keluar dari kemacetan ekonomi dan meningkatkan pendapatan dengan cara memotong anggaran publik dan ongkos produksi.
Kebijakan ekonomi neo-liberal dari pemerintahan koalisi liberal dan nasional (sebelumnya partai buruh juga tergabung didalamnya) berupa penurunan upah buruh dan kondisi kerja serta pemotongan insentif sosial memberi dampak terutama pada kaum perempuan. Tindakan Pemerintah yang melakukan pemotongan di sektor pendidikan, kesehatan, tunjangan sosial untuk kesejahteraan dan orangtua, dan kebanyakan penerima santunan ini adalah perempuan, sehingga melumpuhkan akses mereka pada pekerjaan tertentu dan pelayanan publik, dan membuat mereka semakin terpuruk dalam kemiskinan, selain mereka juga terbeban dengan peran domestik mereka di keluarga
Tekanan ini juga disertai kampanye ideologis yang menyatakan bahwa tempat terbaik untuk mendapatkan santunan bagi mereka yang hidupnya tergantung pada santunan, adalah keluarga dan bukan Pemerintah. Kaum perempuan harus lebih bertanggungjawab pada perawatan anak, orangtua dan orang sakit dalam keluarga.
Kampanye ideologis yang bertentangan dengan feminisme ini adalah bagian integral dari tekanan yang dilancarkan oleh kelas penguasa terhadap seluruh ide-ide progresif
Memutarbalikkan kesadaran massa yang masih tersisa dari gelombang kedua feminisme-bahwa perempuan memiliki hak terhadap kesetaraan pendidikan, di tempat kerja, pilihan pribadi dan kesempatan-dan meyakinkan perempuan bahwa peran penting mereka adalah dalam keluarga. Hal ini terutama menguntungkan kapitalisme dalam menciptakan angkatan kerja yang ‘fleksibel’ (kerja paruh waktu, tidak resmi, buruh yang terhisap) dan pemotongan santunan tanpa terkena resiko adanya gejolak politik
Hal ini bukan berarti bahwa kelas penguasa bermaksud untuk mengembalikan kondisi sosial seperti pada tahun 1950-an ketika kebanyakan perempuan tinggal di rumah sementara kaum laki-laki bekerja
Di tahun 1950-an upah pekerja laki-laki dianggap sebagai ‘upah keluarga’. Dan baru di tahun 1970-an dikenal adanaya kesetaraan upah, dan secara perlahan dimulainya periode dimana terjadi erosi dalam hal upah. Dalam persetujuan tentang harga dan pendapatan yang dikeluarkan ALP-ACTU antara tahun 1983-96, upah mengalami erosi secara tajam, (hal ini terus berlanjut dibawah pemerintahan koalisi). Dampak sepenuhnya atas erosi ini adalah dengan masuknya angkatan kerja perempuan dalam jumlah yang tak terduga. Kini dibutuhkan dua paket pengupahan untuk membiayai pengeluaran rumahtangga
Kaum perempuan yang mengisi hampir 50% angkatan kerja, merupakan sumber buruh murah terbesar bagi kapitalis. Upah buruh perempuan walaupun masih menempati posisi kedua dalam pendapatan keluarga, memungkinkan pemotongan upah pekerja laki-laki tanpa menimbulkan gejolak sosial. Rendahnya upah yang dibayarkan pada pekerja perempuan juga turut menekan upah pekerja laki-laki
Bagaimanapun, kaum perempuan harus mengurangi harapan mereka terhadap negara dan masyarakat untuk dapat mengubah nasib, apabila yang diciptakan kapitalis adalah ketergantungan dan percepatan
Untuk mengakhiri hal ini, sepanjang tahun 1990 media kapitalis mengumandangkan kemana-mana ‘akhir dari feminisme’, untuk mempropagandakan bahwa kaum perempuan telah meraih kesetaraan dan tuntutan yang berlebih dianggap ‘melangkah terlalu jauh’. Siapapun yang berani mempersoalkan ketidaksetaraan gender dibungkam dan di cap ‘ mengoreksi pikiran polisi secara politis’
Tuduhan ini didasarkan pada mitos bahwa dalam masyarakat kapitalis kita semua memulai kehidupan yang setara dan setiap orang memiliki kesempatan yang sama. Tanpa mengurangi perbedaan dalam kesejahteraan keluarga atau leabsahan sejarah dan terus menjalankan ketidakadilan strata berdasarkan jenis kelamin, ras dan lain-lain, mitos ini menggariskan peran masyarakat sebagai lahan bermain levelisasi. Apabila terdapat usaha untuk menggugat sejarah ketidaksetaraan oleh kelompok tertentu untuk mempertinggi peluang mendapatkan hak yang sama akan dicap sebagai ‘koreksi politis’ dan dicela sebagai perlakuan istimewa
Serangan balik dari kelas penguasa telah memberikan ruang yang lebih besar bagi ekstrim kanan untuk meneruskan serangan ideologis menentang tujuan gerakan gelombang kedua feminisme.
Setelah dua dekade dilakukan penyingkiran secara aktif terhadap gerakan sosial progresif, korban-korban politik bermunculan kembali dan kaum perempuan-yang ‘mengambil kerja-kerja laki-laki’, ‘mengabaikan anak-anak mereka’, ‘memperkaya diri dengan ‘tunjangan’ bekas suami’, ‘membunuh anak-anak yang masih dalam kandungan’, dan seterusnya-berada dalam posisi kritis, bersama dengan penduduk asli, kaum pendatang dan kaum muda. Lebih jauh lagi serangan ini telah mendorong wacana debat politik ke arah kanan, dan memfasilitasi serangan terhadap hak-hak perempuan bahkan dengan lebih cepat dan keras yang dilakukan oleh partai yang berkuasa
Liberal Feminisme
Sepanjang tahun 1970-an pertahanan kaum perempuan dalam menghadapai serangan ini semakin melemah
Hal ini bukan berarti bahwa massa perempuan tidak menyadari akan serangan ini atau tidak marah karenanya. Secara luas, kaum muda perempuan berpartisipasi dalam sejumlah kampanye yang tersebar dalam berbagai front untuk menentang serangan ini
Sepanjang tahun 1980-an, kebanyakan para pemimpin menerima uang suap. Beberapa pejabat baru di pemerintahan untuk menunjukkan perhatian pada tuntutan feminis menjalankan lebih banyak program yang didanai oleh pemerintah (Pemerintah Federal menyumbangkan 1,3 trilyun dollar untuk pendanaan program dan organisasi perempuan di thaun 1994/95), para pimpinan gerakan juga ditawari peluang kerja dan membangun karir.
Ketika undang-undang berhasil dimenangkan pada tahun 1980-an, konsesi terhadap gerakan (seperti tindakan diskriminasi seks pada tahun 1984 dan aksi persetujuan pada tahun 1986) seringkali tidak dapat dijalankan dan hukumannya sangat kecil, kalaupun ada, hukuman tersebut tidak dijalankan. Namun tanpa disertai pendistribusian kembali rantai ekonomi di masyarakat, tetap saja menimbulkan kesulitan bagi kaum perempuan. Disamping hak-hak formal yang semakin mandul, bagaimanapun, pengakuan mereka secara efektif digunakan olehbeberapa femocrat baru untuk menangkis kritik dan memberikan dukungan mereka untuk ALP. Dalam proses yang ‘dibuat sendiri’ oleh sekelompok kecil perempuan secara individu. Di saat yang bersamaan, ketika jumlah perempuan yang menduduki jajaran posisi eksekutif dalam perusahaan-perusahaan besar dan Bank masih sangat sedikit (penempatan posisi ini sebagian besar masih ditentukan oleh status klas dan gender), jumlah kaum perempuan yang menempati ‘jenjang’ karir di parlemen, birokrat, akademika dan media justru lebih besar dari sebelumnya
Demikian juga dengan aktifis feminis yang dikenal sebagai sayap militan dalam gerakan, banyak yang terjebak dengan kerja-kerja sosial dan tunjangan kesejahteraan untuk perempuan yang berasal dari Pemerintah sehingga seringkali melakukan kompromi politik untuk menghindari berkurangnya tunjangan dana tersebut
Dengan demikian harus di lihat kembali dan digarisbawahi kemandirian politik gerakan dan kesadaran massa seputar pembebasan perempuan. Feminisme Liberal-yang berpandangan bahwa penindasan perempuan tidak lebih dari sebuah bentuk diskriminasi dalam sistem kapitalisme yang hanya bisa dihilangkan dengan cara sederhana yaitu mendapatkan pengakuan kesetaraan secara utuh –semakin menguat, mengasingkan potensi radikal gerakan
Hal ini terjadi baik secara langsung melalui para femokrat dan politisi perempuan yang mendemobilisasi kampanye yang mengancam kekuatan pemilih dari partai buruh (yang menjadi sumber dana dan jenjang karir mereka), maupun secara tidak langsung melalui metode lobi dan perspektif reformis yang didorong oleh para feminis yang bekerja keras untuk mencegah tumbuhnya radikalisme dalam gerakan buruh
Bagaimanapun juga, kemenangan dominan kaum feminis leberal dalam gerakan bukan hanya karena perspektif dan metode mereka yang secara fundamental berjalan harmoni dengan Pemerintah Partai Buruh. Cengkeraman kaum Liberal dalam gerakan juga diperkuat oleh lemahnya seksi sayap sosialis dalam gerakan, yang dipotong oleh Stalinisme dan Eurocommunisms (terutama akibat pengaruh dari Partai Komunis Australia), sehingga tidak tersedia alternatif kepemimpinan dalam gerakan
Hingga saat ini masih banyak kaum perempuan yang tergabung dalam Partai Buruh Australia berdebat tentang hak-hak perempuan-yang pada akhirnya, mereka dapatkan secara tidak seimbang dari keberhasilan gerakan feminis. Tetapi dalam prakteknya, mereka mengabdi pada kepentingan kelas penguasa. Ketika melakukan pembelaan terhadap kesamaan hak dan kepentingan organisasi perempuan, mereka gagal menggalang dukungan publik untuk memenuhi tuntutan feminis atau menggunakan posisi mereka memobilisir massa untuk memperbaiki situasi mayoritas perempuan
Aksi yang mereka lakukan untuk kepentingan mayoritas, hanya dilakukan sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan mereka secara pribadi untuk tetap berada dalam posisi mereka saat ini
Kaum Feminis Liberal ini telah mengabaikan pembangunan gerakan massa perempuan yang aksi dan tujuannya adalah untuk memperbaiki kondisi kehidupan kaum perempuan secara keseluruhan. Mereka kini bertentangan dengan gerakan yang jika semakin kuat dan sukses akan membahayakan rencana dan kepentingan mereka sendiri (status kelas)
Meskipun terdapat konflik mendasar antara kepentingan kaum Feminis Liberal dan massa perempuan, dekade ‘feminisme’ diakui publik sebagai feminisme liberal. Kaum Feminis Liberal memiliki akses yang lebih besar terhadap uang, media dan pembuatan kebijakan publik daripada pekerja perempuan dan kaum kiri. Dan media kapitalis serta partai politik terlalu berhasrat untuk melakukan transformasi atas ‘feminisme’ dari sebuah gerakan militan yang berbasis luas menentang penindasan perempuan dan untuk melakukan transformasi kolektif masyarakat-gerakan pembebasan perempuan-pada satu penegasan tentang hak-hak individu, kepentingan individu dan pemecahan masalah individu, sedikit demi sedikit tanpa merubah struktur fundamental, atau pola pemikiran penguasa, akan memungkinkan kaum perempuan untuk meningkatkan peran dan kesempatan karir mereka dalam status quo
Mungkin kaum Liberal Feminis telah mengklaim bahwa dunia feminisme adalah mereka, namun feminisme mereka bukan untuk kepentingan mayoritas perempuan. Bukan juga feminisme yang akan diakui oleh mayoritas perempuan: seperti duduk di parlemen, sebagai konsultan, publikasi akademik dan pendidikan yang jauh dari realita kehidupan kebanyakan kaum perempuan
Tidak mengherankan jika kemudian dari hasil survey menunjukkan bahwa dukungan generasi muda perempuan dan tuntutan kesamaan hak untuk perempuan tidak diidentifikasi sebagai ‘feminis’.
Postmodernisme
Sebagaimana dalam seluruh gerakan sosial selama dekade terakhir, melemahnya gerakan pembebasan perempuan didorong oleh demoralisasi dan demobilisasi secara luas gerakan kiri
Tekanan dari kelas penguasa dalam negara-negara kapitalis selama tahun 1980-an, kolapnya rejim Stalinis di awal tahun 1990 dan sejumlah propaganda ‘Matinya Sosialisme’ dan ‘Akhir Sejarah’, telah memaksa mundur kelompok kiri tradisional.
Hal ini termanifestasi dalam kemunculan postmodernisme, sebuah bentuk yang ditemukan oleh kaum Liberal untuk dapat bertahan hidup
Postmodernisme menjelaskan penindasan perempuan dan bagaimana mengatasinya melalui departemen study perempuan dan dalam jaringan feminis yang lebih luas di seluruh negara-negara kapitalis maju
Dalam menempatkan awal munculnya gerakan dan memfokuskan pada penindasan yang umumnya dialami kaum perempuan dibawah kapitalisme, feminis postmodernisme menekankan ‘perbedaan’-perbedaan antara laki-laki dan perempuan, dan pada level individu diantara kaum perempuan itu sendiri, berdasarkan ras, kelas, agama, etnis dan psikologi
Politik perbedaan mengalir dari penolakan kaum postmodernisme untuk mencari pemahaman tentang masyarakat beserta hukum-hukum yang berlaku yang pada umumnya memangkas perkembangan dan pengalaman individu. Hal ini terbukti karena siapa saja yang bicara atas nama pengetahuan dan kemajuan dalam masyarakat akan dibungkam dan disingkirkan sehingga kelompok tersebut tidak mempunyai kekuatan, akhirnya secara keseluruhan pengetahuan dan kemajuan disingkirkan. Hal ini tampak dalam karakter gerakan feminis yang bersikap sebagai oposisi terhadap pengetahuan yang dianggapnya sebagai ‘wacana kaum laki-laki’, ditentukan seluruhnya oleh ‘sistem nilai kaum laki-laki’. Kaum feminis postmodernisme menyatakan bahwa setiap individu saling berbeda dalam penerimaan, pemahaman dan respon terhadap segala sesuatu dengan begitu mereka menentang pernyataan bahwa ilmu pengetahuan dan pengalaman bersifat ‘universal’. Hal ini diartikan bahwa dalam kehidupannya setiap orang mengerjakan kepentingannya sendiri, mempercayai kepercayaannya sendiri, lebih menghargai pikiran dan pengalamannya sendiri, dan (kemungkinan) menghargai orang lain secara individual. Hal ini menjadi dasar politik bagi gaya hidup dan identitas perseorangan dimana menjalani kehidupan sendiri menjadi gambaran bagi aktivitas politik dan aksi kolektif. Penindasan ekonomi, sosial dan psikologi yang umumnya menimpa kaum perempuan hanya teori belaka tidak benar-benar terjadi
Politik individualisasi feminis yang dijalankan oleh kaum postmodernisme langsung meniupkan hasrat, rasa percaya diri dan kemampuan kaum perempuan untuk berorganisasi dan melakukan perjuangan kolektif untuk perubahan (menjalankan pembebasan penuh dengan cara mereka sendiri). Dalam keinginan untuk tidak berbicara bagi kepentingan orang lain, keinginan untuk tidak menyingkirkan dan menindas sesamanya perempuan dengan cara berbagi pengalaman, hal ini akan tercapai dimana kamu tidak bisa lagi melihat kesamaan antara pengalaman kamu secara pribadi dan pengalaman orang lain-satu hal yang akan menyatukan kamu untuk melawan penindas, serta mendorong kamu untuk menjalankan sikap solidaritas
Sebagai sebuah strategi untuk pembebasan, pernyataan ‘kita semua adalah individu’ terdapat dalam ilusi yang memungkinkan untuk melakukan perubahan besar dalam masyarakat untuk menghapus penindasan perempuan secara berangsur-angsur, sektor demi sektor, atau satu demi satu , tanpa membutuhkan aliansi dan perjuangan bersama. Perspektif ini mencuat dan dikuatkan dengan pemikiran bahwa cara paling efektif untuk mendapat kesetaraan gender adalah apabila individu perempuan menempati posisi ‘pembuat keputusan di jajaran status quo
Tetapi bahkan sepintas dalam sejarah radikal, memperlihatkan bahwa setiap langkah signifikan menuju kebebasan hanya dimenangkan oleh sejumlah besar orang yang melakukan perjuangan secara bersama. Hal ini adalah kenyataan baik bagi gerakan pembebasan perempuan maupun yang lainnya
‘Feminis” Gaya Hidup
Dominasi kebebasan individu telah menjadikan gerakan dipenuhi oleh karirisme, konsumerisme dan gaya hidupisme. Di tahun 90-an masyarakat mengkonsumsi pandangan yang diciptakan oleh media tentang ‘feminisme’-penampilan, the venues, literatur, dll-yang kini dilihat sebagai ‘menjadi feminis’. Seluruh industri berkembang menyediakan dan menjual produk ‘kesadaran diri feminis’. Capitalisme meraih keuntungan yang manis dari konsumerisme ‘feminis’
Gaya hidupisme ini bukanlah feminisme. Ini hanya sebuah solusi tipuan atas penindasan perempuan yang tersedia hanya bagi sejumlah kecil perempuan yang mampu ‘menjalani kehidupan’ dengan cara ini. Dengan mengabaikan penindasan kolektif dan perjuangan kolektif untuk melawannya, gaya hidupisme tidak akan memperkuat kaum perempuan untuk memperjuangkan kesetaraan, dan membiarkan tiap individu untuk berjuang bagi dirinya sendiri
Kenyataannya, ‘feminis’ gayahidupisme sesungguhnya melemahkan kaum perempuan dengan tetap menyimpan ilusi bahwa kaum perempuan secara individu dapat membeli kebebasan mereka, dan meyakinkan pada setiap perempuan bahwa mereka yang gagal adalah karena ketidakmampuan mereka secara individu
Lakukan Feminisme Menurut Caramu Sendiri
Pernyataan terakhir dari feminisme Liberal adalah ‘Lakukan Feminisme Menurut Caramu Sendiri-Do It Yourself (DIY) Feminism’. Sering juga disebut sebagai feminisme ‘gelombang ketiga’, terpengaruh oleh postmodernisme, yang lahir sebagai respon seketika para generasi muda perempuan terhadap penghianatan para pimpinan dari gerakan tahun 70-an yang kini tenggelam dalam karir ‘feminis’ dan menjalankan feminisme menurut cara mereka sendiri-patronase, eksklusif, birokratis dan kompromis dengan penguasa. Dalam bukunya yang berjudul DIY Feminism yang terbit di tahun 1996 Kathy Bail menyatakan ‘Untuk kaum perempuan muda, daripada satu jenis feminisme, ada sekian banyak feminisme yang baru dan lebih menarik…Perubahan ini sesuai dengan DIY dan merupakan karakter filosofi budaya kaum muda’.
Meskipun telah membuang pandangan sempit dan konservatif dari feminis ‘profesional’ Liberal, namun Feminisme DIY masih belum jauh dari akarnya. Feminisme DIY tidak berusaha terpisah dari itu tetapi cenderung menjadi penerus, bahkan lebih memperdalam, pandangan individualistis feminisme femocratic yang semula akan dibuang
Feminisme DIY membuat beberapa istilah seperti ‘riot girls’, ‘guerrila girls’, ‘net chicks’, ‘geek girls’, ‘deep girls’, ‘action girls’, ‘cyber chix’, dll-serta mendorong kaum perempuan untuk mempergunakan istilah itu dan ‘melakukannya untuk kepentingan mereka sendiri’ hingga meraih keberhasilan. Istilah ini tidak sekedar meniru bahasa yang cenderung seksis yang banyak digunakan di masyarakat untuk melecehkan dan merendahkan perempuan dengan menganggap perempuan sebagai anak masih hijau, belum dewasa (‘chicks’ and ‘girls’), tapi sebagai asumsi bahwa hambatan yang terstruktur di segala sektor masyarakat atas kesetaraan perempuan sudah tidak ada lagi
Dengan demikian secara implisit, jika tidak eksplisit, Feminisme DIY mengacuhkan bahkan mengutuk kaum perempuan yang tidak ‘Melakukan untuk diri mereka sendiri’ dalam wilayah mereka, atau yang ‘mengeluh’ bahwa seksisme telah menjadi penghalang. Bahkan mereka mengabaikan kenyataan bahwa kaum perempuan tidak memiliki kebebasan untuk memilih karir, hobby, kepentingan dan lain-lain karena dihambat oleh seksisme (dan rasisme serta status kelas mereka)
Dasar pemikiran Feminisme DIY yang dengan kesadaran penuh mengabaikan aspek penting dari gelombang kedua yang telah memenangkan beberapa perubahan untuk kaum perempuan, yaitu kolektivitas dan organisasi. Sehingga jelas bahwa Feminisme DIY merupakan satu langkah mundur bagi pembebasan perempuan
Solusi Kami
Resolusi ini menjalankan strategi yang sangat berbeda. Penindasan perempuan yang dianalisa melalui perspektif Marxist, merupakan produk dari masyarakat kelas dan hanyua bisa diakhiri apabila kita mampu menghancurkan seluruh tatanan masyarakat kelas
Di saat Feminisme Liberal membuang program untuk melakukan perubahan sosial secara fundamental demi mencari solusi secara individual, masih banyak kaum perempuan yang menjadi korban perkosaan, penghisapan, kelaparan, tidak memiliki hak atas tanah dan dibunuh. Perjuangan untuk kesetaraan, keadilan sejati dan kebebasan masih didepan kita, memberi jarak yang semakin lebar dengan arus yang menyerang hak-hak perempuan
Untuk memenangkan perjuangan tersebut kita harus belajar dari sejarah, yang berhasil dimenangkan oleh gerakan selama bertahun-tahun. Kuncinya adalah bahwa kita harus membangun sebuah gerakan Pembebasan Perempuan yang luas, inklusif, kreatif, aktif dan tidak kompromis untuk meraih kesetaraan dan keadilan untuk perempuan
Perjuangan untuk meraih kesetaraan bukanlah perjuangan antara perempuan melawan laki-laki yang dianggap sebagai penindas mereka, melainkan sebuah perjuangan melawan penindasan masyarakat kelas. Dengan begitu Feminisme harus merancang strategi untuk membangun aliansi dengan kelompok tertindas lainnya-saling belajar tentang perbedaan penindasan di masing-masing sektor, juga memperkuat jaringan yang menyatukan kita untuk berjuang mengakhiri penindasan kelas dan untuk menciptakan sebuah masyarakat dimana setiap orang memiliki kesamaan dalam pilihan hidup dan kesempatan terlepas dari ras, kelas dan jenis kelamin
Satu-satunya gerakan yang dapat memperjuangkan dan mempertahankan hak-hak perempuan, hingga membebaskan kaum perempuan sepenuhnya, adalah sebuah gerakan yang mementingkan kebutuhan dan aspirasi mayoritas kaum perempuan daripada segelintir kaum elit
Lisa Macdonald
Oktober 1997
KATA PENGANTAR

Feminisme dan sosialisme merupakan resolusi yang dikeluarkan pada konferensi nasional Partai Sosialis Demokratik pada bulan Januari 1992. Ini merupakan resolusi terakhir dari serangkaian resolusi yang dikeluarkan oleh Partai Sosialis Demokratik sejak berdirinya di tahun 1972, dalam menganalisa penindasan terhadap perempuan, dan pentingnya menghapuskan penindasan ini sebagai bagian dari perjuangan untuk mencapai masa depan yang lebih berkeadilan sosial, demokratis dan berkelanjutan
Partai Sosialis Demokratik dan organisasi pemuda yang bernaung di bawahnya yaitu Resistance, bersama-sama memperjuangkan kebangkitan gerakan pembebasan perempuan sejak awal 1970-an. Pembebasan perempuan telah menjadi komitmen dalam kerja-kerja partai selama lebih dari 20 tahun.
Partai Sosialis Demokratik dan Resistance turut dalam memperjuangkan dan mengkampanyekan gerakan ini-dari konferensi pembebasan perempuan yang pertama di Sydney pada bulan Januari 1971 dan perayaan hari perempuan internasional yang pertama dan terbesar di Melbourne pada tahun 1972 hingga berbagai kampanye dan peringatan hari perempuan internasional pada saat ini.
Selama lebih dari dua dekade kami terlibat dalam sebagian besar kampanye untuk hak-hak perempuan-perjuangan untuk hak perempuan dalam mengontrol reproduksi dan kesuburan yang diorganisir oleh Aksi Kampanye Perempuan untuk Aborsi; memperjuangkan agar gerakan serikat pekerja mengangkat tuntutan perempuan melalui Kampanye Piagam Pekerja Perempuan; dan dalam perjuangan untuk menghapuskan pemisahan dan diskriminasi jenis kelamin dalam industri-sebagai contoh, melalui kampanye pekerjaan untuk perempuan telah memaksa BHP untuk mempekerjakan perempuan di industri baja miliknya di Port Kembla dan Newcastle dan membayar kompensasi atas praktek diskriminasi dalam pengupahan. Kampanye ini berhasil menjadi aksi kelas (class action) yang pertama di Australia.
Kami memperjuangkan hak-hak perempuan dalam pendidikan, pekerjaan dan di masyarakat; upah dan kondisi kerja yang lebih baik bagi perempuan; melawan kekerasan dan perkosaan, pelayanan yang lebih bagus untuk perempuan di masyarakat; menentang praktek diskriminasi di segala sektor.
Kami juga melebur dalam perjuangan untuk membebaskan perempuan dari definisi sempit tentang peran sosial mereka sebagai istri dan ibu dalam keluarga. Bagian dari perjuangan ini adalah untuk mempertegas kembali definisi positif tentang perempuan oleh perempuan, dengan adanya stereotype atas perempuan yang dibangun oleh media massa dan iklan melalui dampak negatifnya terhadap kesehatan perempuan, yang menyentuh kehidupan pribadi mereka. Selain perjuangan untuk melawan sensorship sehingga kaum perempuan dapat menguasai tubuh mereka sendiri, juga kesehatan, kesuburan dan seksualitas mereka tanpa mengalami tuduhan berbuat cabul dan berbagai tindakan menindas lainnya.
Saat ini feminisme dan hak-hak perempuan mengalami tekanan terberat sejak kurun waktu 40 tahun terakhir.Sebagai usaha untuk menghancurkan hak-hak yang berhasil dimenangkan oleh gerakan perempuan pada tahun 1970-an.
Serangan ditujukan pada kontrol perempuan atas kesuburan dan tubuh mereka, pemotongan subsidi terhadap pelayanan penitipan anak, Rumah penampungan untuk korban perkosaan dan pengungsi perempuan, dan beberapa program seperti, anti diskriminasi sex dan kesempatan yang sama merupakan sebagian dari kerja bersama kapitalisme Australia untuk keluar dari kemacetan ekonomi dan meningkatkan pendapatan dengan cara memotong anggaran publik dan ongkos produksi.
Kaum feminis sendiri terbagi dalam perbedaanmetode perjuangan yang mereka pilih-apakah memilih untuk bertahan atau melindungi diri-atau mungkin dengan mengorbankan kepentingan mayoritas perempuan untuk mendapatkan hak-hak istimewa mereka.
Menuntut sensorship untuk melarang pornografi, sebagai tekanan terhadap tehnologi reproduksi yang merupakan ‘hasil rancangan laki-laki’ untuk menghilangkan fungsi kreatif dan unik atas perempuan, hal ini merupakan sebagian contoh yang mengakomodir kaum feminis untuk berpihak pada sayap kanan ‘backlash’. Dengan berpijak pada pandangan ini beberapa kaum feminis melakukan pembelaan bersama kelompok reaksioner yang bersifat moralis atas peran tradisional perempuan sebagai istri dan ibu, misalnya dengan mereka yang menjadi oponen terbesar dari gerakan pembebasan perempuan.
Resolusi ini melakukan pembelaan dengan strategi yang berbeda. Analisa pada penindasan perempuan berpijak pada pandangan Marxist, evaluasi dilakukan untuk menjaga tujuan saat ini dan membangun gerakan pembebasan perempuan hingga memenangkan pertarungan. Evaluasi diarahkan pada penempatan hak-hak perempuan dan gerakan feminisme di seluruh dunia-di negara-negara industrialisasi barat, di dunia ketiga, di negara-negara bentukan blok Sovyet seperti Cuba dan Amerika Tengah.
Pandangan dasar dari resolusi ini sederhana dan jelas. Perjuangan melawan penindasan atas perempuan adalah perjuangan untuk melawan penindasan dan penghisapan dari kelas masyarakat, bukan perjuangan melawan laki-laki karena penindasan perempuan merupakan produk dari kelas masyarakat. Perempuan tidak akan terbebaskan sebelum menghancurkan sisa-sisa kelas masyarakat, sehingga perjuangan kelas dan perjuangan untuk perempuan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Resolusi ini menegaskan bahwa jika gerakan feminisme tidak mengembangkan strategi untuk membangun alansi dengan sektor tertindas lainnya maka mustahil dasar penindasan perempuan dapat dihancurkan.
Pat Brewer,
September 1992

×