Notification

×

Kategori Berita

Tags

Iklan

Frederick Engels Tentang Das Kapital Marx

Kamis, 03 Mei 2012 | Mei 03, 2012 WIB Last Updated 2012-05-03T07:10:26Z
Frederick Engels tentang Das Kapital Marx


Sepanjang abad 20, tigapuluh tahun lebih di jaman modern ini, Indonesia didominasi oleh suatu kekuasaan lalim yang tak pernah terjadi di dunia beradab di mana pun, ke­cuali suatu persamaan yang juga dialami rakyat-rakyat Spa­nyol dan Jerman ketika ber­ada di bawah kekuasaan fasis jendralisimo Franco dan Nazi Hitler.     Di Indonesia di bawah jendral militeris Suharto, ratusan-ribu manusia dibantai, dijebloskan dalam penjara, dan yang tidak kurang kejam daripada pembunuhan: berpikir pun dikerangkèng! Warga yang berpikir berbeda ketimbang selera doktrin ideologi para pe­nguasa di­telikung. Ini dikenal dalam sejarah politik sebagai witch-hunt, perburuan atas manusia-manusia yang dianggap kiri – komunis, nasio­nalis, agamis yang progresif – pendeknya semua warga yang punya pikiran lain (de anders­denkenden) daripada pe­nguasa. Dari mana Suharto berguru memusnahkan ja­sad manusia dan pikiran manusia seperti itu?      Suharto ternyata tidak lain adalah epigon pengemban dan pe­lak­sana paradigma McCarthy mengenai Perang Dingin – memus­nah­kan komunisme dan para pengikutnya. Ciri seorang epigon adalah cemerlang sebagai peniru orang panutannya, namun tanpa orijinali­tas dan tanpa intelegensi, biasanya malah bertindak berlebih­an. Bill Clinton ketika diangkat jadi Presiden berbicara tentang The Revival of Democracy – kebangkitan kembali demokrasi; Suharto ketika jadi Presiden malah bertekad melaksanakan konsisten The Revival of McCarthyism, artinya menumpas semua yang berpikir lain “sampai ke akar-akar­nya”. Jadi bertolak-belakang dengan Bill Clinton yang rupanya melihat kemerosot­an pada nilai-nilai demo­krasi sehingga ia merasa demokrasi itu harus dibangkitkan kembali.      Yang khusus ingin kita soroti di sini adalah dosa Suharto bukan saja karena pembantaian, korupsi, KKN dan krismon. Lebih-le­bih parah dari semua itu adalah krisis intelektual, pembodohan dan penyeragaman berpikir yang sepenuhnya menjadi tanggung-jawab Suharto bersama rejim Orde Barunya. Pancasila Bung Karno harus dipahami sesuai Pancasilanya versi Suharto, marhaenisme dan semua ajaran politik Bung Karno dilarang, marxisme ditabukan, selanjutnya penulisan sejarah pun dimanipulasi.      Dagelan paling tidak lucu, malah menyedihkan sekali, adalah bahwa pe­nguasa dan para pejabat rejim Orde Baru yang gencar menumpas marxisme-leninisme-komunisme, kita ragukan apakah betul tahu dan memahami apa yang mereka kerjakan. Pernahkah para pejabat itu – terutama pejabat yudisial dan aparat keamanan Orde Baru – de­ngan serius membaca Das Kapital Marx, atau mempe­lajari satu buku saja ilmu marxisme karang­an Marx yang mana pun? Jangan­kan membacanya, memiliki buku marxisme dan pernah meme­gang­nya pun kita ragukan. Itu kita katakan atas dasar peng­alaman konkret selama berkali-kali di-interogasi oleh aparat keamanan dan para pejabat yudisial rejim Orde Barunya Suharto.      Di sini tidak usahlah kita mengutip Bung Karno, seorang muslim yang soleh, seorang nasionalis sejati dan penggali Pancasila yang memang terbuka menyatakan diri sebagai seorang marxis. Di sini kita ingin mengingatkan pembaca pada ucapan Bung Hatta, ketika beliau berpolemik dengan Tan Ling Djie semasa belajar di negeri Belanda. Hatta kurang-lebih mengatakan “marxisme bukan monopoli komunis – saya berhak dan akan menggunakan marxisme sebagai perangkat analisis ekonomi bila saya mengingininya dan memerlukannya.” Jelas dua pemimpin besar kita yang bukan komunis itu, membaca, mempe­lajari, memahami dan menguasai marxisme sebagai ilmu secara mendalam dan mendasar sekali. Secara implisit ini berarti bahwa menjadi seorang marxis tidak mungkin orang bodoh, sebab menjadi marxis harus ber­ilmu, harus sungguh-sungguh belajar, dan dengan sendirinya harus pintar.       Kini sudah waktunya kita tutup rapat-rapat era pembodohan dan penyera­gaman berpikir selama tiga dekade era Suharto itu!      Dalam menutup era pembodohan dan penyeragaman berpikir ini, Hasta Mitra akan aktif berpartisipasi memasuki era mencerdaskan bangsa. Kita menghargai sumbangan Ira Iramanto yang dengan ketekunan luar biasa telah menyiapkan suatu daftar terjemahan karya-karya standard tentang marxisme. Buku Frederick Engels Tentang Das Kapital Marx adalah terbitan pertama yang kita luncurkan dalam seri buku ilmiah Hasta Mitra. Dalam serial buku-buku ilmiah ini, di samping literatur marxisme, akan kita terbitkan juga antara lain buku filsuf Katolik, Teillhard de Chardin tentang fenomena manusia, Van Miert tentang sejarah nasionalisme Indonesia dan Jawa, filsafat ilmu oleh Ian Chal­mers dan banyak lagi yang lain-lain. Dengan demikian kita tinggalkan untuk selamanya era McCarthyisme­nya-Suharto yang absurd dan merendahkan martabat manusia itu.      Sebagai penutup pengantar ini, kita merasa perlu menyatakan bahwa kita semua wajib menghormati mereka yang sudah menjatuhkan pilihan hidupnya untuk menjadi anti-komunis, sebalik­nya kita pun wajib menghormati orang-orang yang memilih keya­­­ki­n­­­­an sebagai komunis atau pro-marxisme. Syarat untuk itu tentu kita harapkan supaya yang anti maupun yang pro marxis dengan serius mempelajari dan menguasai marxisme itu sebagai ilmu pengetahuan – jadi tidak anti-Marx tetapi bodoh membabi-buta enggak tahu persoalannya, atau pro-Marx tetapi dogmatik penafsirannya.      Selama sikap pro atau kontra itu masih bergerak di wilayah diskusi, tulisan, keyakinan serta pemikiran, masih memakai otak bukan otot, tidak mengguna­kan bedil dan ke­kerasan untuk memaksakan keyakinannya pada pihak lain, maka bisa kita katakan bahwa bangsa Indonesia masih berpikir dan hidup dalam masyarakat Pancasila yang beradab.
    Joesoef Isak, ed.

_________________

Kata Pengantar
Karya-karya yang dihimpun di sini hanya sebagian kecil dari yang ditulis Engels sehubungan dengan Capital Marx. Selama lebih setengah abad, aktivitas kreatif Engels sangat erat terjalin dengan kegiatan kreatif Marx. Kores­pondensi para pendiri Marxisme menunjukkan sa­ngat aktifnya Engels di dalam penguraian sejumlah proposisi yang pa­ling penting dari Capital dan betapa ia membantu Marx de­ngan nasehat, informasi yang faktual dan per­nyataan-pernyataannya yang kritikal. Sejumlah karya cemerlang Engels diabdikan pada perkembangan dan pembuktian proposisi-proposisi dasar dari doktrin Marxian. Kerja-sama pribadi ­Engels selama bertahun-tahun dengan Marx disusul oleh pekerjaan luar-biasa besarnya untuk penerbitan dua jilid terakhir ­Capital yang ditinggalkan oleh sang pengarang dalam bentuk manuskrip, edisi-edisi baru dari jilid pertama dan berbagai karya Marx lainnya. Sejumlah prakata yang ditulis oleh Engels pada karya-karya Marx yang diterbitkannya dicurahkan bagi pembelaan doktrin Marx terhadap musuh-musuhnya.      Ringkasan ini hanya mencakup beberapa karya kecil Engels, yang bebas bentuknya tetapi ditulis dalam kaitan langsung de­ngan Capital Marx.
* * *
Bagian Pertama kumpulan ini terdiri atas tiga tinjauan mengenai jilid pertama Capital. Setelah penerbitan jilid pertama pada tahun 1867, salah-satu tugas Marx dan Engels adalah mematahkan konspirasi kebisuan dengan mana burjuasi berharap membunuh benih doktrin yang mereka benci itu. Suatu persekongkolan kebisuan yang nyata telah menyambut munculnya karya Marx A Contribution to the Critique of Political Economy. Jilid pertama ­Capital diancam dengan nasib yang sama. Usaha-usaha luar biasa dilakukan oleh rekan-rekan Marx, dan terutama sekali oleh Engels, untuk menghalau rencana itu. Pers kelas-pekerja pada waktu itu sangat lemah. Hanya dengan jalan-memutar, lewat pers umum yang berada dalam tangan burjuasi, ada kemungkinan untuk membangkitkan perhatian/minat pada buku itu di kalang­an pembaca yang mampu menyumbang dengan menyebar-luas­kan gagasan-gagasan yang dikandung di dalam buku itu. Engels mesti menggunakan banyak akal untuk mengatasi kecurigaan para editor burjuis. Ia menulis sejumlah tinjauan dalam suatu bahasa yang sungguh-sungguh Aesopian yang sama licinnya se­perti yang mesti dipakai oleh kaum revolusioner Russia dalam menulis publikasi-publikasi yang dikenakan penyensoran tsaris. Sensor bersemangat-kelas dari para penyunting burjuis sebagian mengakibatkan tidak diterbitkannya karya-karya Engels dan sebagian lagi menjadi terdistorsinya karya-karya itu.      Tiga dari sembilan tinjauan Engels mengenai jilid pertama Capital dimuat dalam koleksi ini. Yang pertama dimuat dalam No.12 dan 13, 21 dan 28 Maret 1868, Demokratisches Wochenblatt (Democratic Weekly), sebuah terbitan sosialis di Leipzig, di bawah redaksi Wilhelm Liebknecht. Yang kedua dikirim oleh teman Marx Kugelmann, yang memainkan suatu peranan besar dalam mengorganisasi tinjauan-tinjauan mengenai Capital, kepada redaktur Rheinische Zeitung yang ketika itu burjuis-progresif, tetapi tidak dimuat. Tinjauan ketiga ditulis untuk Fortnightly Review Inggris, di mana Profesor Beesly yang berpikiran maju (ketua pertemuan internasional di London pada tahun 1864, di mana pembentukan Internasionale Pertama diproklamasikan), mempunyai pengaruh besar. Engels membubuhkan tanda-tangan pada tinjauan ini dengan memakai nama temannya, Samuel Moore. Hanya bagian pertama artikel itu yang ditulis, kesimpulannya dimaksudkan akan menyusul. Namun, penerbit dan pemilik jur­nal itu menentang penerbitan tinjauan itu dan artikel itu tidak dimuat.      Bagian Kedua kumpulan ini terdiri atas sinopsis jilid pertama Capital, yang ditulis oleh Engels. Seperti disebutkan di atas, ­Engels mengambil suatu bagian yang aktif dalam seluruh proses karya Marx Capital. Marx mengirimkan lembaran-lembaran terpisah dari jilid pertama selagi itu dicetak kepada Engels, dan Engels memberikan suatu pendapat terperinci atas setiap bab, setiap halaman. Sekali pun begitu, sesegera jilid pertama itu terbit, Engels membebankan pada dirinya sendiri pekerjaan khusus dalam meringkaskannya. Dalam sepucuk surat kepada Marx pada 17 April 1868, ia menulis:      “Disebabkan terbatasnya waktu yang ada bagiku, maka pengikhtisaran bukumu memerlukan lebih banyak pekerjaan daripada yang aku perkirakan; lagi pula, sekali aku mulai mengerjakannya, aku mesti melakukannya dengan selayaknya, dan tidak hanya untuk maksud sekarang khususnya.”      “Maksud sekarang” yang dimaksudkan, agaknya, yalah penulisan sebuah tinjauan untuk Fortnightly Review; namun, sepintas pandang atas sinopsis itu cukup untuk menyimpulkan bahwa ia sungguh-sungguh melakukan pekerjaan itu “dengan selayaknya, dan tidak hanya untuk maksud sekarang khususnya.”      Engels hanya mempunyai waktu untuk meringkaskan empat bab pertama dari jilid pertama Capital. Mesti kita ingat, bahwa pada edisi pertama jilid ini dibagi ke dalam enam bab yang pada edisi-edisi berikutnya disebut bagian-bagian, bab lima dipecah menjadi dua bagian, sehingga seluruhnya berjumlah tujuh bagian. Keempat bab yang diringkaskan oleh Engels oleh karenanya sesuai dengan empat bagian pertama dari jilid pertama Capital, sebagaimana adanya sekarang. Selanjutnya mesti diingat pula, bahwa Marx telah membuat sejumlah tambahan dan perubahan pada teks di edisi-edisi berikutnya dari Capital. Dalam edisi pertama, misalnya, Marx dalam bab pertama, yang dimaksudkan untuk barang-barang dagangan, tidak secara khusus membahas perbedaan antara nilai dan nilai-tukar sebagai suatu bentuk dari nilai itu; sebagian penting pemaparan mengenai bentuk nilai diberikan sebagai suatu lampiran pada akhir jilid itu dan tidak dimasukkan dalam sinopsis Engels. Tinjauan-tinjauan dan sinopsis yang dibuat oleh Engels merupakan bantuan-bantuan yang tak-terpermanai gunanya dalam studi mengenai Capital. Sebagian besar dari isi Capital disajikan dalam kata-kata Marx sendiri. Pusat gravitasnya, di dalam sinopsi maupun di dalam tinjauan-tinjauan, terletak dalam teori mengenai nilai-lebih, batu-dasar doktrin ekonomi Marx. Engels meringkaskan teori mengenai nilai-lebih Marx dengan perlakuan khusus, secara rinci mengkarakterisasi situasi-situasi historikal di mana hubungan-hubungan eksploitasi kapitalis menyebar-luas, kelas pekerja melakukan langkah-langkah pertama dalam perjuangan dan pertempuran-pertempuran pertama terjadi antara kerja dan modal.       Sinopsis Engels merupakan bantuan sangat besar dalam mengedepankan yang paling pokok; ia memancangkan perhatian pembaca pada yang paling mendasar dan penting. Ia memberikan suatu ikhtisar singkat yang jelas mengenai masalah-masalah teoretikal yang paling penting. Mengikuti Marx, Engels menunjukkan di dalam sinopsisnya bahwa peralihan dari satu kategori ke kategori lain bukanlah suatu keganjilan nalar melainkan merupakan pencerminan dari proses perkembangan yang sungguh-sungguh historikal. Berpegangan pada tatanan pemaparan Marx, ia menunjukkan bagaimana, di dalam proses perkembang­an historikal, modal lahir berdasarkan produksi barang-dagangan, bagaimana ia menundukkan keseluruhan produksi pada dirinya sendiri, bagaimana kerja-sama sederhana digantikan oleh manufaktur dan ini pada gilirannya digantikan oleh produksi dengan mesin. Engels juga menunjukkan bagaimana peruncingan kontradiksi-kontradiksi kelas yang imanen dalam kapitalisme dan penggunaan mesin secara kapitalis membawa pada “mematangnya unsur-unsur penumbangan masyarakat lama dan pendirian suatu masyarakat baru,” yaitu, membawa pada revolusi sosialis kaum proletariat.      Bagian ketiga koleksi ini terdiri atas sebuah karya yang ditulis oleh Engels pada tahun terakhir hidupnya dan baru diterbitkan setelah kematiannya. Karya ini dimaksudkan sebagai suatu suplemen pada jilid ketiga Capital. Atas perintah Marx, Engels melengkapkan penerbitan Capital dengan meluncurkan jilid-jilid kedua dan ketiga, mempersiapkan dan menerbitkan edisi-edisi ketiga dan keempat dari jilid pertama dan memberikan segala bantuan yang mungkin bagi penerbitan terjemahan-terjemahan Capital dalam sejumlah bahasa. Jilid ketiga Capital meninggalkan percetakan pada bulan Desember 1894. Permunculannya langsung menimbulkan suatu polemik literer yang ramai. Komplot­an kebisuan dengan mana burjuasi menyambut munculnya A Contribution to the Critique of Political Economy dan jilid pertama Capital terbukti menjadi sebuah senjata tidak berguna terhadap Marxisme tahun-tahun 90-an. Pertumbuhan gerakan kelas pekerja dan pesatnya penyebaran doktrin Marxian menuntut metode-metode perjuangan baru dari kaum burjuasi. Engels mengikuti semua reaksi pers pada jilid ketiga Capital dengan perhatian penuh. Sekali pun sangat menderita dari penyakit yang tak-lama kemudian menyeretnya ke liang kubur, ia tidak menghentikan pekerjaan teoretikalnya yang kreatif. Selama minggu-minggu terakhir hidupnya, penanya membubuhkan coretan-coretan terakhir pada karyanya yang cemerlang, “Suplemen pada Capital, Jilid Tiga.” Engels menyebutkan karya ini dalam bebe­rapa suratnya. Menulisi Kautsky pada tanggal 21 Mei, 1895, ia memberitahukan pada Kautsky:      “Sementara itu aku akan mengirim padamu sebuah tulisan untuk Neue Zeit... lampiran-lampiran dan adenda pada Capital, Jilid Tiga, No.1: Hukum Nilai dan Tingkat Laba, jawaban pada keraguan Sombart dan C. Schmidt No.2 akan menyusul kemudian: peranan yang sangat sekali berubah dari Bursa sejak Marx menulis tentang itu di tahun 1865. Untuk dilanjutkan menurut permintaan dan tersedianya waktu.”      Engels hanya berhasil menyiapkan bagian pertama dari kedua bagian itu untuk dicetak. Hanya sebuah ringkasan rencana bagian kedua yang singkat, yang ditulis oleh Engels untuk dirinya sendiri, yang tersisa. Bagian pertama terbit dalam Neue Zeit se­gera setelah wafatnya dan sinopsis singkat “Perubahan-perubahn dalam Fungsi Pertukaran” tidak diterbitkan hingga tahun 1932.      Artikel Engels mengenai hukum nilai dan tingkat laba merupakan suatu tambahan penting pada jilid ketiga Capital dan sekaligus mempunyai arti-penting yang besar sekali bagi pemahaman yang tepat akan teori ekonomi Marxis secara keseluruh­an. Para pengritik Marx yang tak-terhitung banyaknya menghabiskan bergunung kertas berusaha membuktikan yang dianggap sebagai kontradiksi antara jilid pertama dan jilid ketiga dari Capital. Di dalam artikelnya, Engels secara menentukan menolak mereka dan sepenuhnya membongkar kedok musuh-musuh bebuyutan Marxisme maupun mereka yang mengenakan jubah “sahabat-sahabat” Marxisme dan yang mereduksi nilai menjadi “suatu ke­nyataan logikal” (W. Sombardt), atau menjadi “sebuah fiksi yang secara teoretikal sangat diperlukan” (C. Schmidt).      Berangkat dari dalil Marx bahwa nilai, tidak hanya secara teoretikal, tetapi juga secara historikal, adalah prius (anteseden) dari harga produksi, Engels membuktikan permunculan nilai secara dan perkembangan pertukaran, dan transisi historikal dari nilai pada harga-harga historikal dengan kelahiran produksi ketika produksi sederhana barang-dagangan digantikan oleh kapitalisme. Esai Engels merupakan sebuah contoh yang baik sekali dari penjelasan materialis sejati mengenai teori nilai Marxian; hingga sekarang ia tiada duanya sebagai senjata dalam perjuangan terhadap segala macam distorsi idealistik terhadap Marxisme.      Nilai khusus esai ini yalah karena ia memberikan suatu karakteristik yang ringkas dan jelas mengenai sifat produksi sederhana barang-dagangan dan proses transisi/peralihan dari tipe produksi itu pada kapitalisme. Engels menunjukkan hukum nilai sebagai hukum gerak produksi barang-dagangan. Ia menggaris-bawahi sangat panjangnya kurun-zaman di mana hukum nilai itu berdaya-hasil/berlaku. Ia menelusuri kelahiran hubungan-hubungan kapitalis dalam sejumlah contoh historikal aktual dan membuktikan bagaimana hubungan-hubungan ini merebut wilayah produksi.       Seperti dikatakan di atas, bagian kedua dari karya terakhir Engels mengenai ekonomi ini, hanya tersisa dalam bentuk sebuah rencana yang rumit. Di dalamnya Engels menugaskan dirinya sendiri membagankan perubahan-perubahan dan evolusi-evolusi dalam ekonomi kapitalis selama bagian tiga terakhir dari abad XIX.      Dasawarsa-dasawarsa itu merupakan periode transisi dari ka­pitalisme lama dari kurun-zaman persaingan bebas kepada imperialisme – kapitalisme monopoli, yang dikarakterisasi oleh pertumbuhan raksasa dan meruncingnya kontradiksi-kontradiksi sistem burjuis. Sebuah studi Marxis mengenai imperialisme sebagai tingkat tertinggi kapitalisme telah diberikan oleh Lenin, yang meneruskan karya Marx dan Engels dan mengangkat Marxisme pada suatu taraf baru dan lebih tinggi. Mendasarkan dirinya pada hukum-hukum pokok dari perkembangan produksi kapitalis yang diberikan dalam Capital, Lenin merumuskan teori imperialisme sebagai taraf baru dan terakhir dari kapitalisme, mengungkapkan kontradiksi-kontradiksi dan bisul-bisul yang menggerogotinya dan mendemonstrasikan ketidak-terelakkannya keruntuhannya dan kemenangan revolusi proletarian.      Engels tidak dapat memberikan ciri-ciri taraf yang secara historikal baru dalam perkembangan kapitalisme, karena wafatnya membuat dirinya tidak menyaksikan zaman di mana taraf baru itu sepenuhnya terbentuk. Di dalam rancangan artikelnya me­ngenai Pertukaran, Engels cuma menunjukkan beberapa dari gejala-gejala baru di dalam perekonomian negeri-negeri kapitalis, tanpa mengangkat persoalan mengenai suatu taraf baru di dalam perkembangan kapitalisme. Ia memperhatikan menyebarnya bentuk-bentuk perusahaan-perusahaan modal-bersama, transformasi perusahaan-perusahaan individual menjadi perusahaan-perusahaan gabungan-saham, konsentrasi dan penggabungan perusahaan-perusahaan dalam keseluruhan cabang-cabangnya, dan, akhirnya, munculnya monopoli-monopoli. Sebagai contoh monopoli besar ia menunjuk pada English United Alkali Trust dengan modalnya sebesar £6.000.000 yang adalah besar sekali untuk zaman itu. Penyisipan editorial Engels dalam Bab 27 dari Jilid III Capital juga membahas monopoli-monopoli; itu dimuat di sini sebagai lampiran. Dalam dua kesimpulan rencananya, Engels mengangkat masalah ekspor modal dan pembagian du­nia kolonial.

×