Notification

×

Kategori Berita

Tags

Iklan

Jelang Pemilu AS, Kubu Romney dan Obama Kian Memanas

Minggu, 15 Januari 2012 | Januari 15, 2012 WIB Last Updated 2012-01-15T02:58:56Z
Washington - Menjelang pemilu pada akhir 2012 nanti, suasana kampanye calon presiden Amerika Serikat makin memanas. Saling serang antara calon kuat dari Partai Republik, Mitt Romney, dan incumbent dari Partai Demokrat, Barrack Obama, makin sering dilakukan.

Paling mutakhir, kubu Mitt Romney menuding kebijakan ekonomi yang buruk dari Presiden Obama sebagai penyebab utama krisis di negeri adidaya tersebut. Kubu Romney menyoroti latar belakang profesi Obama yang disebutnya tidak cukup untuk membawa ekonomi AS ke arah yang lebih baik.

"Tidak ada pidato Obama yang akan bisa membujuk rakyat Amerika. Mereka sudah mengetahui rekam jejak kebijakan ekonominya, yang bisa dikatakan sebagai malapetaka," kata Direktur Politik kubu Romney, Lanhee Chen, seperti dikutip dari Reuters, Minggu (15/1/2012).

Serangan ini merupakan balasan terhadap serangan kubu Obama beberapa waktu lalu. Saat itu, Romney disebut sebagai seorang 'job destroyer' yang suka memecat pegawainya dan orang kaya yang tidak sensitif terhadap permasalahan rakyat AS.

Lebih jauh, Chen menilai, Obama telah membawa kondisi ekonomi AS ke arah yang lebih buruk. Hal ini terlihat dari bertambahnya jumlah pengangguran di negeri tersebut.

"Jumlah penduduk Amerika yang menganggur, setengah menganggur atau tidak lagi mencari kerja meningkat dari 22 juta orang menjadi 24 juta orang di bawah kepemimpinan incumbent itu," jelasnya.

Chen juga menyoroti pertambahan utang Amerika dibawah kepemimpinan Obama. "Pada Januari 2009, yaitu bulan mulai menjabatnya Presiden Obama, hutang total AS yang beredar adalah $ 10,4 triliun. Hari ini lebih dari $ 15 triliun," kata Chen.

Keputusan kubu Romney untuk fokus di masalah ekonomi didasarkan pada polling lembaga riset Public Policy Polling (PPP). Menurut lembaga riset tersebut, para pemilih Amerika akan sangat fokus pada isu-isu ekonomi.


(lrn/lrn) -  Sumber : detik.com
×