Pantauan di sejumlah pasar di Bandung, Senin (3/1), menunjukkan, kenaikan harga beras berkisar Rp 1.000-Rp 2.000 dari harga awal. Lukman (39), pedagang beras di Pasar Cihaurgeulis, mengatakan, harga beras kelas super kini Rp 8.500 per kilogram (kg) dari sebelumnya dua bulan lalu Rp 6.700 per kg.
Kondisi serupa ditemui di Pasar Kosambi. Mustofa (64), pedagang beras, mengatakan, harga beras segala jenis naik sekitar Rp 1.000-Rp 2.000. Beras kualitas medium yang harganya terjangkau, sekitar Rp 5.500 per kg, kini naik menjadi Rp 7.500 per kg. ”Harganya terus naik mulai Rp 300 per kg, lalu Rp 500, Rp 1.000, dan hingga Rp 2.000,” katanya.
Kekurangan pasokan dari daerah disinyalir menjadi penyebab harga beras yang terus naik belakangan ini.
Kenaikan harga beras ini, menurut Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Bandung, Ahmad Nono S Sambas (66), dipicu pula oleh berkurangnya produksi akibat maraknya alih fungsi lahan pertanian. ”Hama juga mengakibatkan produksi turun drastis. Dari satu hektar yang seharusnya menghasilkan 6 ton, kini turun menjadi 4,5 ton-5 ton. Bahkan ada yang 3 ton,” katanya.
Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) harga beras beberapa bulan ini terus naik. Namun kenaikan itu dinilai bukan karena pasokan, karena luas areal panen padi tiga bulan ini justru di atas rata-rata. Cuaca ekstrem membuat sebagian petani beralih komoditas dari palawija ke padi.
Menurut Kepala Dinas Pertanian DIY, Nanang Suwandi, Senin, dari sisi produksi sebenarnya DIY surplus. Masalahnya hasil panenan banyak dibawa pedagang ke luar daerah. Akibatnya, pasokan di tingkat lokal terganggu sehingga harga beras naik.
Harga beras kualitas medium di Pasar Kotagede, Yogyakarta, berkisar Rp 6.500 hingga Rp 7.000 per kg. Kenaikan harga beras membuat sebagian konsumen beralih ke beras kualitas rendah, yang dijual Rp 5.700 per kg hingga Rp 6.000 per kg. ”Banyak yang cari beras kualitas raskin, karena tidak sanggup beli kualitas medium,” kata Suryani, pedagang di Pasar Kotagede.
Di tengah berkurangnya produksi beras, sejumlah sentra padi di Jawa Barat dan Jawa Tengah terindikasi terserang wereng batang coklat pada musim tanam 2010/2011 ini. Petani, petugas, dan pemerintah daerah diimbau segera bertindak untuk mengendalikan populasi.
Tenaga teknis Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BB POPT) Jatisari, Kabupaten Karawang, Edi Suwardi Wijaya, Senin, menyebutkan, hasil pengamatan petugas lapangan menunjukkan adanya serangan wereng batang coklat, antara lain di Purwakarta, Karawang, Pemalang, Pekalongan, Kudus, Grobogan, Pati, Klaten, dan Sukoharjo. Usia padi terserang 40-60 hari dan ditanam di wilayah dengan ketinggian 300-500 meter di atas permukaan laut. (ENY/REK/MKN)