Lebih dari 70 tahun setelah revolusi Oktober,
sikap kontra-revolusi Stalin terhadap perempuan dan keluarga dan ketidaksetaraan perempuan di Uni Sovyet merupakan halangan utama bagi kaum perempuan radikal menuju revolusioner Marxisme. Kebijakan Stalinisme atas berbagai tuntutan menunjukkan adanya pengingkaran terhadap Leninisme
Kaum perempuan di tempat-tempat lain yang memperjuangkan kebebasan sering melihat pada USSR dan Eropa Timur dan menyimpulkan bahwa inilah yang telah dilakukan ‘Sosialisme’ untuk perempuan. Dan tentu saja kaum anti-Marxis menjadikan situasi perempuan di negara-negara ini sebagai ‘bukti’ bahwa pembebasan perempuan bukan didapat melalui perjuangan kelas. Gerakan perempuan mengalami kebingungan ideologi dan politik terlebih dengan adanya kekacauan sosial, ekonomi dan politik pada tahun 1985 di negara-negara ini
Namun situasi tersebut dapat memberi pelajaran baik dari sisi negatif maupun positif. Revolusi Bolshevik merupakan gambaran dari terbangunnya kesadaran bahwa perjuangan pembebasan perempuan terkait dengan Sosialisme, bahwa pembebasan perempuan bukan berarti perempuan melawan laki-laki tetapi sebuah perjuangan yang menyatu dimana perempuan sebagai komponen terbesar dari kelas pekerja dan sekutu-sekutunya, dikombinasi secara aktif untuk mengubah situasi , bersamaan dengan itu juga memenangkan tuntutan spesifik mereka. Tetapi sejarah Sovyet juga membuktikan bahwa institusi keluarga merupakan dasar bagi penindasan perempuan
Mustahil bagi kaum perempuan untuk mendapatkan kesetaraan sejati dalam kehidupan produktif dan seluruh masalah sosial selama perbudakan domestik perempuan masih didukung dan dipelihara melalui kebijakan politik dan ekonomi dan selama institusi keluarga belum digantikan oleh institusi sosial yang lebih besar. Tanggungjawab perempuan dalam kerja-kerja domestik merupakan sumber bagi ketidakadilan yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari, dalam pendidikan, dalam pekerjaan dan dalam politik
Karena secara sejarah penindasan perempuan berkaitan dengan pembagian kelas-kelas dalam masyarakat dan peran keluarga sebagai unit dasar dari masyarakat kelas, penindasan hanya bisa dihapuskan dengan dihapusnya kepemilikan pribadi dalam corak produksi. Hubungan produksi kelas-kelas inilah yang saat ini-bukan kapasitas produksi manusianya-menjadi penghalang bagi perubahan kelas dengan kapitalisme yang membebankan pondasi sosial dan ekonomi pada individu keluarga
Bagaimanapun juga, dengan terhapusnya sistem eknomi kapitalis tidak serta merta membebaskan perempuan. Hal ini tetap dibutuhkan tapi masih belum cukup. Juga dituntut sebuah transformasi yang dinamis dan penghapusan seluruh perilaku sosial dan ideologi yang mendukung ketidakadilan dalam politik, sosial dan ekonomi terhadap perempuan. Hal ini hanya bisa dicapai apabila korban penindasan-perempuan-memobilisir kesadaran sendiri