Notification

×

Kategori Berita

Tags

Iklan

Materialisme Dialektika Historis

Sabtu, 27 November 2010 | November 27, 2010 WIB Last Updated 2012-01-08T00:27:57Z
1. Apakah Filsafat Itu?
Bagi sebagian besar orang, belajar filsafat dianggap sebagai suatu hal yang kurang penting. Sebab, selain filsafat dianggap tidak banyak berkaitan dengan problem praktis kehidupan, filsafat juga dianggap sebagai ilmu yang sangat tinggi. Padahal, pengertian yang demikian tidaklah benar. Bahkan, dengan belajar filsafat kita akan semakin mudah memahami kontradiksi-kontradiksi yang dialami dalam kehidupan sehari-hari.
 
Untuk itu, kita perlu mengetahui apa yang dimaksud dengan filsafat. Secara singkat dan sederhana yang dimaksud filsafat adalah : seluruh pandangan manusia terhadap dunia keseluruhanya baik alam maupun pikiran. Dengan kata lain, belajar filsafat berarti belajar tentang dasar atau pangkal pandangan kita terhadap gejala-gejala alam, masyarakat dan pikiran. Setiap manusia mempunyai pandangan–pandangan tertentu misalnya, tentang alam. Ada orang yang berpendapat bahwa manusia bukan hanya tidak bisa mengubah alam tetapi malah dikuasai alam. Akibat pandangan itu maka manusia menyembah dan memohon kepada alam: batu-batu, pohon-pohon tertentu, gunung dan sebagainya, disembah, diberi sajian korban dan sebagainya.
  Tetapi ada pula orang yang berpendirian bahwa, alam itu bisa dikenal dan dikuasai oleh manusia untuk kebahagiaan manusia. Misalnya, para sarjana di negeri-negeri Sosialis sedang dengan giat mempelajari ruang angkasa luar dan sistem planet hingga mereka telah berhasil memotret punggung bulan yang tak kelihatan, mengirimkan manusia untuk mengitari bumi, untuk mempelajari ruang angkasa luar dan keadaan planet-planet lainya dengan pengetahuan yang luas dan mendalam

 Untuk lebih memudahkan kita memahami filsafat, marilah kita lihat contoh berikut ini. Si Amin, mempelajari sejarah Indonesia; dari hasil bacaannya ia mengetahui bahwa dahulu kala Indonesia tidak pernah dijajah, kemudian dijajah Imperialis Belanda dan sesudah itu oleh fasis Jepang. Selama penjajahan itu, rakyat Indonesia terus-menerus mengadakan perlawanan untuk menghancurkan kekuasaan kaum penjajah itu Kemudian pecah revolusi Agustus 1945 dan sekarang ini Indonesia adalah negara yang belum Merdeka penuh dan setengah feodal. Ia menarik kesimpulan bahwa masyarakat Indonesia ini Jadi, menurutnya sejarah masyarakat Indonesia terus mengalami perubahan, karena adanya perjuangan yang terdapat dalam masyarakat itu.
Pendapat atau pandangan yang diajukan si Amin itu adalah fikiran-fikiran filsafat dan ketika ia mengajukan pendapat atau pandangan maka ia sudah berfilsafat, sekalipun ia tidak mempelajarinya. Jadi, jelas bahwa filsafat itu erat hubunganya dengan kehidupan kita. Soalnya ialah, bagaimana kita memahami dan memiliki filsafat yang benar.
2. Apakah Filsafat Itu Berwatak Kelas?
Oleh karena filsafat tidak terpisah dari praktek kehidupan, maka dalam masyarakat berkelas dengan sendirinya filsafatpun berkelas juga, Dalam masyarakat berkelas ada filsafat kelas penghisap dan filsafat yang dihisap. Misalnya, dalam masyarakat kapitalis ada filsafat borjuis dan ada filsafat proletar. Filsafat borjuis itu mencerminkan kepentingan kelas borjuis sehingga pandangan apapun yang diajukannya, intinya tetap merupakan pandangan yang mempertahankan kepentingan kelasnya. Misalnya, pandangan itu mau tidak mau membenarkan dan mempertahankan penghisapan borjuasi atas kelas atau golongan-golongan lain dan untuk mencapai tujuan itu mereka tidak segan-segan memutarbalikkan keadaan yang sebenarnya, melakukan pemalsuan dsb.
Maka itu filsafat tersebut memusuhi segala sesuatu yang maju, yang revolusioner : sebaliknya ia mempertahankan yang lapuk, yang reaksioner.
Bagaimanakah filsafat proletar? Filsafat proletar, mencerminkan hukum umum daripada perkembangan alam, masyarakat dan pikiran manusia. Hukum berlaku bagi masa lampau, masa kini dan masa depan. Dalam mencerminkan hukum-hukum itu, MDH menuturkan sebagaimana adanya, tanpa dibumbui sedikitpun. MDH dengan demikian adalah obyektip dan maka itu benar.
Dalam mengungkapkan kenyataan dalam masyarakat kapitalis, MDH menyimpulkan bahwa di dalam masyarakat kapitalis ada dua kelas pokok yang berlawanan kepentinganya yang menentukan arah perkembangan masyarakat itu yaitu borjuasi dan proletariat. Borjuasi adalah kelas penghisap yang akan mengalami keruntuhanya, sedangkan ploretariat adalah masyarakat yang akan memikul tanggung jawab membangun suatu masyarakat baru, yakni masyarakat tanpa kelas dimana tidak ada penindasan dan penghisapan manusia atas manusia lainnya. MDH karena objektif mau tidak mau berfihak kepada proletariat dan mengandung pandangan proletariat terhadap segala sesuatu.
Watak khas lainnya yang menonjol dari MDH ialah segi prakteknya, ia mengandung metode untuk mengubah segala sesuatu. MDH adalah suatu senjata teori atau moril bagi proletariat untuk mengubah sistem masyarakat lama, menghapuskan penghisapan manusia oleh manusia dan menciptakan dunia baru yaitu masyarakat tanpa kelas. Tegasnya, MDH dan proletariat adalah dua hal yang tidak dapat dipisah-pisahkan dalam mewujutkan masyarakat tanpa kelas itu. Seperti yang ditegaskan oleh Marx, bahwa PROLETARIAT MENDAPATKAN SENJATA MORILNYA PADA MDH, SEDANGKAN MDH MENDAPATKAN SENJATA MATERIILNYA PADA PROLETARIAT.
3. Bagaimana Mempelajari MDH?
Mempelajari filsafat MDH adalah sama dengan mempelajari teori-teori Marxisme yang lain, yaitu dengan bersikap rendah hati, jujur dan sungguh-sungguh. Karena MDH adalah filsafat kelas proletar maka kita harus mempelajarinya secara proletar juga, bukan secara intelektualistis atau teori-teorian yang terlepas dari praktek. Dengan kata lain, mempelajari MDH harus dihubungkan dengan praktek.
4. Perbedaan Idealisme dan Materialisme
4.1. Keadaan dan Fikiran Mana Yang Primer?
Masalah terpokok dari segala persoalan filsafat adalah masalah hubungan antara keadaan (materi) dan fikiran (ide) : manakah yang ada lebih dahulu dan menentukan, keadaan atau pikiran? Untuk menjawab permasalahan ini, kita mesti mengetahui apa yang dimaksud dengan pikiran dan keadaan itu.
Yang dimaksud dengan keadaan dan materi ialah misalnya; batu dan tumbuh-tumbuhan, kejadian-kejadian di lingkungan kerja kita, di dalam negeri dan luar luar negeri, keadaan-keadaan sosial seperti kemiskinan, pengganguran, penghisapan dsb. Pada pokoknya, keadaan atau materi adalah segala sesuatu yang objektif ada di luar dan tak tergantung pada kesadaran kita. Sedangkan yang dimaksud dengan fikiran atau ide ialah misalnya; kesadaran, akal, perasaan, kemauan politik, rencana, pendapat, pengertian dan dsb nya tentang sesuatu materi. Ia (ide) merupakan gambaran tentang suatu materi di dalam otak atau fikiran kita.
Dengan kata lain, pandangan atau fikiran dan cara menerangkan atau memahamkan bahwa segala sesuatu itu bertolak dari fikiran atau ide itu adalah idealisme
Idealisme berpendapat bahwa ide itu primer atau menentukan sedangkan materi sekunder atau ditentukan. Misalnya, seorang gerakan mahasiswa atau gerakan buruh-tani jika dalam menyusun tuntutan bagi massa yang dipimpinya tidak bertolak dari kebutuhan kongkrit massa itu sendiri (materi) melainkan bertolak dari keinginan dirinya sendiri, dari pendapat atau kesimpulanya sendiri (ide) maka dia berpandangan idealisme. Contoh lain, dalam menjelaskan kejadian-kejadian di dalam alam atau masyarakat ini, seperti : banjir, kemiskinan yang mencolok, tentara yang represif, sebagai sesuatu yang disebabkan oleh kekuatan gaib atau oleh takdir.
Sebaliknya pandangan atau pokok pikiran atau cara menerangkan atau memahamkan bahwa segala sesuatu kejadian atau peristiwa itu bertolak dari keadaan kongkrit, dari materi adalah materialisme. Jadi, materialisme adalah pandangan dunia yang bertolak dari kenyataan objektif. Misalnya, di dalam masyarakat terdapat keadaan sebagai berikut : pengangguran merajarela, sulit mendapatkan sandang pangan, nilai mata uang rupiah merosot tajam terhadap dollar AS, kapasitas produksi mundur atau macet dsb. Melihat kenyataan itu, maka dalam fikiran kita akan tergambar hal-hal itu dan menyimpulkan bahwa, menurut kenyataanya kapitalisme dan imperialisme telah mengekploitasi bangsa Indonesia.
Dengan lain perkataan, untuk menjadi seorang materialis, ide kita merupakan gambaran atau pencerminan dari materi yang bersangkutan. Karena materi itu suatu yang rumit, bersegi banyak terutama masyarakat manusia, maka dalam mencerminkan suatu materi itu kita harus berhati-hati dan bersikap tepat. Kita harus mencerminkanya menurut kerumitanya itu atau menurut banyak kesegianya itu jika tidak, maka kita akan terkena penyakit subjektivisme. Inilah yang dimaksud oleh seorang revolusioner bahwa : "jika seorang tidak mengetahui bahwa pendapat yang tepat itu tidak lain daripada pencerminan yang objektif yang meliputi segala sudut kenyataan, dan bertindak menurut keinginanya yang subjektif dan berat sebelah maka, dia tetap akan membikin kesalahan yang besar atau kecil sungguhpun segala motifnya mengandung maksud yang baik". Karena itu untuk mengelakan kesalahan, kita harus tepat membedakan mana yang benar mana yang salah. Maka itu pencerminan yang tidak menyeluruh yang menurut keinginan subjektif menambahkan atau mengurangi sesuatu pada kenyataan objektif itu adalah bertentangan dengan materialisme. Misalnya, dalam penyelidikan di desa penggolongan kaum tani dilakukan tidak berdasarkan kedudukannya dalam hubungan-hubungan produksi secara keseluruhanya tetapi pada hubungan-hubungan seperti pada, hubungan kekeluargaan, konco atau pada besar kecil penghasilannya saja. Contoh lain, dalam menyusun plan/rencana tiga tahun tidak diadakan penyelidikan yang kongkrit tentang syarat–syarat materiil pelaksanaan plan itu, tidak diselidiki keadaan para siswa tempat belajar guru, persediaan makanan ataupun hal-hal lain yang bisa mendorong atau merintangi suatu jatah yang terlalu tinggi atau yang terlalu rendah Dari penjelasan singkat tentang arti serta perbedaan antara materialisme dan idealisme itu, kita bisa semakin mudah memahami, menganalisis dan membimbing praktek revolusioner kita. Penjelasan ini penting mengingat masih banyak yang memahami dan menafsirkan pengertian materialisme dan idealisme dalam filsafat secara tidak tepat yaitu, antara lain menurut pengertian moral. Menurut mereka seorang materialis adalah orang yang mengutamakan atau menjunjung tinggi kebendaan atau keduniawian, sehingga tidak mempunyai cita-cita yang luhur dan tidak bermoral tinggi. Segala sesuatunya diukur atau dinilai berdasarkan materi atau benda. Sebaliknya, seorang idealis adalah orang yang mengejar cita-cita luhur, bermoral halus, sederhana dalam kenikmatan materiil, rela berkorban untuk kepentingan umum dan sebagainya.
Pengertian yang semacam ini jelas sangat keliru. Seorang materialis dalam filsafat, dalam memandang alam, masyarakat dan fikiran menempatkan materi pada kedudukan yang menentukan dan sentral, sedangkan ide pada kedudukan yang ditentukan. Jadi, materi dalam pandangan filsafat tidak semata-mata benda : uang, mobil, rumah mewah dsb. Ini sih, materialisme vulgar. Bahkan, jika ditinjau dari segi “moral”, kenyataan telah menunjukan bahwa kita (aktivis PRD) yang menganut paham materilisme ini adalah yang paling bermoral. Kita bukannya congkak, tapi lihatlah pengorbanan kawan-kawan kita : diintimidasi, difitnah, dipenjara, diculik, dan dibunuh oleh rezim Orba, karena kita memperjuangkan demokrasi sejati di negeri ini. Dalam berjuang itu, kita sedikitpun tidak mengindahkan soal materi : uang dan jabatan. Keinginan kita cuma satu : agar rakyat kembali memiliki kedaulatannya yang sejati, agar tidak ada lagi penindasan manusia atas manusia.
5. Hubungan Praktek Dengan Pengetahuan
Menurut pengertian MDH, tujuan kita dalam mempelajari pengetahuan (teori) agar bisa membimbing praktek. Seorang yang berpikir MDH tidak akan berhenti pada diskusi-diskusi teoritis, ia belajar teori bukan demi teori itu sendiri, tetapi yang lebih penting ia harus berpraktek. Seorang yang belajar MDH, akan menganggap bahwa pengetahuan hanya akan berguna sepanjang pengetahuan itu bisa diterapkan ke dalam praktek sehingga bisa diuji kebenarannya. Bahkan, ia harus menekankan dalam-dalam pada pikirannya, bahwa praktek lebih tinggi dari pada teori karena ia tidak hanya mengandung nilai-nilai yang umum, tetapi nilai realitas yang langsung. Karena itu, penting sekali buat kita untuk mengetahui bagaimana hubungan antara teori dan praktek itu.
Pengetahuan (teori) manusia adalah pencerminan tentang kenyataan yang objektif (materi). Untuk bisa mencerminkan sesuatu materi manusia harus mengadakan hubungan dengan materi yang bersangkutan, dan hubungan itu dilakukan dengan praktek. Lewat praktek itulah nanti akan timbul pengetahuan (teori) tentang materi itu dalam fikiran kita. Misalkan, jika kita ingin memiliki pengetahuan-tentang buruh, maka kita harus turun ke pabrik-pabrik, bekerja dan hidup ditengah-tengah kaum buruh. Hanya dengan demikian barulah kita memiliki pengetahuan yang tepat tentang buruh itu.
Yang dimaksud dengan praktek adalah praktek sosial manusia. Praktek sosial manusia meskipun banyak seginya tetapi pada hakekatnya, adalah praktek produksi dan praktek perjuangan kelas. Dalam praktek produksi, manusia melakukan praktek melalui perjuangan alam, mengubah alam untuk disesuaikan dengan kebutuhannya. Dalam praktek perjuangan kelas manusia melakukan perjuangan di dalam masyarakat untuk memajukan hubungan-hubungan produksi. Lewat perjuangan melawan alam, manusia memahami dan mengenal gejala-gejala serta hakekat alam dan akhirnya melahirkan teori tentang hukum-hukum alam. Lewat perjuangan kelas, manusia mengenal gejala-gejala serta hakekat masyarakat dan akhirnya melahirkan teori tentang hukum masyarakat.
Jadi, praktek adalah sumber pengetahuan, praktek melahirkan teori. Atau dengan kata lain, pengetahuan adalah hasil proses perkembangan praktek sosial manusia. Misalnya, untuk bisa merumuskan teori tentang revolusi Indonesia, kita harus melakukan perjuangan kelas di dalam masyarakat Indonesia; kita mesti mengetahui dan mengenali, siapa tenaga penggeraknya, siapa musuhnya dsb. Misal lain, kita tidak akan mungkin mengetahui keadaan kaum buruh jika kita tidak mengadakan kontak-kontak dengan kaum buruh. Persoalan lain, bagaimana kita tahu bahwa pengetahuan kita itu benar atau salah? Satu-satunya jalan adalah, mengujinya kembali pada materi yang bersangkutan lewat praktek. Jika lewat praktek kesimpulan kita mengenai materi itu adalah sesuai dengan keadaan yang sesunguhnya dari materi itu atau hasil yang kita harapkan sesuai dengan pengetahuan kita tentang materi itu maka dapat dipastikan, bahwa pengetahuan kita tentang materi itu adalah benar. Tetapi, jika tidak maka pengetahuan kita tidak benar atau kurang lengkap. Misalnya, kita simpulkan bahwa gerakan mahasiswa merupakan pelopor (vanguard) dari gerakan rakyat, jika dalam prakteknya, ciri-ciri gerakan vanguard itu kita temukan di lapangan.
Jika pengetahuan itu sudah benar apakah ia berhenti disitu saja? Tentu saja tidak. Materi, seperti yang akan kita lihat nanti, senantiasa mengalami gerak. Maka dari itu pengetahuan kita tentang materi itu harus berkembang sedemikian rupa. Kalau tidak, maka pengetahuan dan perjuangan kita untuk membebaskan rakyat tertindas akan mengalam kebuntuan. Demikianlah, proses pengetahuan itu berlangsung terus, dari proses pencerminan ke proses pengujian, dan kemudian ke proses pencerminan dan pengunjian lagi dengan tiada akhirnya. Atau seperti yang dikatakan oleh seorang revolusioner: "pengetahuan mulai dengan praktek, mencapai bidang teori melalui praktek, dan kemudian harus kembali lagi ke praktek".
Praktek ada dua macam, yaitu praktek langsung dan praktek tidak langsung.Yang dimaksud dengan praktek langsung ialah praktek yang langsung kita alami sendiri, sedangkan praktek tidak langsung ialah praktek orang lain yang dapat kita ketahui dengan membaca tulisan atau keterangan-keterangan lisan orang itu. Misalnya, untuk mengetahui hukum-hukum revolusi Indonesia kita ikut langsung dalam revolusi Indonesia (praktek langsung) atau membaca tulisan-tulisan atau mendengarkan uraian lisan tentang revolusi Indonesia (praktek tidak langsung). Antara kedua praktek itu, yang terpenting ialah praktek langsung. Pengetahuan yang kita peroleh dari praktek penyelidikan langsung oleh kita sendiri, jauh lebih baik daripada pengetahuan yang kita dapat dari buku mana saja. Keuntungan lain dari praktek langsung adalah, jika hasil penyelidikan kita benar tentu sangat baik tetapi, jika ada kawan-kawan yang membikin kesalahan dalam penyelidikan praktek, maka hal itu akan lebih mudah diperbaiki karena materinya telah tersedia. Namun demikian, tidak berarti praktek tidak langsung menjadi tidak penting. Praktek tidak langsung penting karena, kita sebagai perorangan dibatasi oleh jasmani, umur maupun tempat dimana kita bisa mengadakan praktek langsung. Misalnya, kita tidak mungkin mengalami langsung praktek perbudakan, feodalisme dan lahirnya kapitalisme di Barat karena kita pada waktu itu belum lahir. Tetapi praktek rakyat pada waktu itu dapat kita pelajari dan ketahui dari membaca tulisan orang. Di zaman itu, orang-orang yang melakukan praktek langsung sedangkan kita yang berada disuatu daerah di Indonesia tidak mungkin mengalami praktek langsung.
6. Tentang Logika
Sebelum kita melangkah lebih lanjut kepembahasan soal metode berpikir MDH, ada baiknya kita mengetahui dulu apa yang dimaksud dengan logika dan cabang-cabangnya. Logika adalah suatu ilmu yang mempelajari proses pikiran. Dengan demikian, para ahli logika menyelidiki akivitas proses pikiran yang berlangsung di dalam kepala manusia dan merumuskan hukum-hukum, bentuk-bentuk dan interelasi (saling hubungan) dari proses-proses mental tersebut.
Ada dua tipe utama dari logika, yakni logika formal dan logika dialektik. Logika formal, sejarahnya bisa diurut hingga ke jaman Yunani kuno dan mencapai puncaknya pada pemikiran Aristoteles. Selama hampir 200 tahun, logika formal tidak mampu digoyahkan, sampai muncul logika tandingannya, yakni logika dialektik yang dirumuskan oleh Hegel. Logika dialektik yang dirumuskan oleh Hegel ini, kemudian disempurnakan atau dimaterialkan oleh Marx. Kita akan membahas hukum-hukum dari logika formal, setelah itu kita akan memfokuskan diri pada penguraian tentang MDH.
6.1. Tiga Hukum Dasar dari Logika Formal
Ada tiga hukum fundamental dari logika formal. Pertama dan yang paling penting adalah Hukum identitas. Hukum ini bisa dinyatakan dalam berbagai cara seperti: Suatu benda selalu sama atau identik dengan dirinya. dalam istilah aljabar: A sama dengan A.
Formulasi khusus dari hukum ini tak begitu penting sewaktu ide terlibat. Pemikiran esensial tercakup dalam hukum identitias. Hukum ini mengatakan, bahwa suatu benda selalu sama terhadap dirinya dan adalah sama juga menilai, bahwa di bawah semua kondisi ia tetap satu dan sama. Suatu benda yang ada berada secara absolut pada setiap momen yang ada. Seperti ahli fisis katakan: "Materi tak bisa diciptakan dan dihancurkan," contohnya, materi selalu menjadi materi.
Penilaian yang tak kondisional dari hukum identitas absolut dari suatu benda dengan dirinya sendiri, menimbulkan perbedaan dari esensi benda-benda dan pikiran. Bila suatu benda selalu dan dalam semua kondisi sama atau identik dengan dirinya, tak pernah bisa tidak sama atau berbeda dari dirinya. Kesimpulan ini mengambil secara logis dan tak terhindarkan dari hukum identitas. Bila A selalu sama dengan A, tak bisa pernah sama dengan non-A.
Kesimpulan ini dibuat eksplisit dalam hukum kedua dari logika formal : Hukum kontradiksi. Hukum kontradiksi menyatakan: A adalah bukan non-A. Ini tak lebih dari formulasi negatif dari penilaian positif yang dinyatakan dalam hukum yang pertama dari logika formal. Bila A adalah A, berikutnya, menurut pemikiran formal, bahwa A tak bisa menjadi non-A. Jadi Hukum logika formal kedua, hukum kontradiksi, membentuk tambahan esensial bagi hukum yang pertama.
Beberapa contoh: seorang manusia tak bisa menjadi bukan manusia; demokrasi tak bisa menjadi tidak demokrasi; seorang buruh tak bisa menjadi seorang bukan buruh. Hukum kontradiksi menyiratkan hasil perbedaan dari esensi benda-benda dan pikiran tentang benda-benda. Bila A selalu perlu identik dengan dirinya, tak bisa berbeda dari dirinya. Perbedaan dan persamaam adalah, menurut dua aturan logika ini, berbeda sekali, benar-benar tak berhubungan, karakter ekslusif saling menunjang dari baik benda-benda maupun pikiran-pikiran.
Ijinkan aku menempatkan suatu contoh menarik dari jenis pemikiran ini yang berasal dari tulisan-tulisan Aristoteles. Di dalam Posterior Abalytics (Buku I; bab 33, hal, 158), Aristoteles berkata, bahwa seseorang tak bisa secara simultan memahaminya, bahwa manusia secara esensial adalah binatang- dan kedua, bahwa manusia secara esensial bukan binatang, itulah, mungkin menganggap bahwa dia lain daripada binatang. Begitulah, seorang manusia secara esensial adalah seorang manusia dan tak pernah bisa atau berpikir tak menjadi seorang manusia.
Ini pasti tentulah menurut diktat dari hukum logika formal. Kini kita semua tahu ternyata bertentangan dengan fakta. Teori evolusi alam mengajarkan bahwa manusia secara esensial adalah binatang dan tak bisa lain daripada binatang. Secara logis berbicara, manusia adalah seekor binatang. Namun kita tahu juga dari teori evolusi sosial, yang merupakan kelanjutan dan perkembangan dari evolusi binatang secara murni, bahwa manusia tak lebih dari dan lain dari seekor binatang. Dengan kata lain dia secara esensial bukan seekor binatang melainkan manusia, yang merupakan spesies mkhluk hidup yang sangat berbeda dari semua binatang lainnya. Kita tahu bahwa kita, dua benda ekslusif yang saling bergantung pada satu dan saat yang sama.
Aristoteles dan hukum-hukum secara ekspresif adalah catatan yang diambil dari dalam hukum ketiga dari logika formal. Ini adalah hukum pertengahan khusus. Menurut hukum ini, setiap benda adalah dan pasti juga salah satu dari dua benda-benda ekslusif. Bila A sama dengan A, ia tak bisa sama dengan non-A. A tak bisa jadi bagian dari dua klas yang berlawanan pada satu atau saat yang sama. Dimana saja dua pernyataan yang saling berlawanan atauhubungan bermusuhan satu sama lain, baik itu mungkin benar atau juga salah. A adalah juga B atau ia bukan B. Kebenaran dari suatu pendapat menyiratkan ketidakbenaran kebalikannya. Hukum ketiga ini adalah suatu kombinasi dari dua pertama dan mengalir secara logis dari mereka.
Ketiga hukum ini merupakan basis dari logika formal. Semua jawaban-jawaban formal dihasilkan dari aturan atau dari proposisi-proposisi ini. Selama dua ratus tahun mereka merupakan aksioma tak terbantahkan dari sistim pikiran Aristoteles, hanya sebagai logika formal sebaliknya tak kokoh berdiri.
7. Apakah Materialisme Dialektik Itu ?
Materialisme dialetik adalah sebuah metode berpikir yang memperlajari sebab-sebab terjadinya penindasan manusia atas manusia dan bertujuan untuk mengubah dunia yang menindas itu. Ia dinamakan materialisme dialetik sebab, metodenya dalam mendekati gejala-gejala alam, metodenya dalam memahami dan mempelajari gejala-gejala itu adalah dialektik, sedangkan keterangannya (interprestasi) mengenai gejala-gejala alam pengertian dari gejala-gejala ini teorinya adalah materialis. Dari keterangan ini jelaslah, bahwa dialektika adalah suatu metode untuk mengenal dan mengubah kenyataan objektif. Metode dialektik berbeda dengan metode metafisik, karena metode ini berdasarkan hukum-hukum yang berlaku di dalam kenyataan objektif itu sendiri. Hukum-hukum objektif dialektik itu dapat dirumuskan dalam 4 pokok sbb :
1. Asas Gerak
2. Asas Saling Hubungan
3. Asas perubahan kuantitatif ke perubahan Kualitatif
4. Asas Kontradiksi

7.1.   Asas Gerak
Asas dialektik yang pertama ialah bahwa, segala sesuatu itu berada dalam keadaan bergerak, dalam keadaan berkembang dan berubah. Asas dialektik ini bertentangan dengan asas metafisika yang berpendapat bahwa, segala sesuatu itu berada dalam keadaan diam, dalam keadaan tidak mengalami perubahan. Kalau kita teliti segala sesuatu yang ada dalam sekitar kita apakah itu alam, fikiran atau masyarakat maka, akan terlihatlah bahwa ia mempunyai masa awalnya, masa perkembangan dan masa kehancuran atau pergantianya. Misalnya bibit tumbuh lalu berkembang menjadi pohon dan akhirnya melapuk dan mati : masyarakat pemilikan budak lahir, berkembang dan kemudian digantikan masyarakat feodal dstnya. Demikian juga halnya dengan fikiran kita. Mula-mula kaum buruh berfikiran bahwa sistem kapitalis itu baik karena mereka merasa tertolong dengan mendapat pekerjaan sebagai buruh pabrik; lama-kelamaan mulai terlintas dalam fikiran kaum buruh itu bahwa sistem kapitalisme ini membuat mereka menjadi miskin, terasing dan tidak mampu memiliki alat-alat produksi karena nilai lebihnya dicuri oleh pemilik modal. Keadaan menguntungkan dan kemudian menjadi merugikan itu menyebabkan pikiran kaum buruh berubah mengalami pergerakan sebagai pencerminan yang menyeluruh terhadap keadaan sekelilingnya.
Pertanyaannya, apakah yang menyebabkan segala sesuatu itu bergerak? Seperti yang telah kita bahas pada bagian di atas, ada dua pendapat yang menyebabkan segala sesuatu itu bergerak dan berubah. Yang pertama adalah idealisme, yang menyatakan bahwa jika sesuatu itu berubah maka ia diubah oleh kekuatan ide yang berada di luar materi yang bersangkutan atau di luar dunia materiil. Yang kedua, adalah dialektika materialis yang berpendirian bahwa materi itu bergerak karena kekuatan yang terkandung di dalam materi itu sendiri. Kekuatan itu disebut SEBAB DALAM dari gerak materi itu. Misalnya, revolusi Indonesia mencapai kemajuan- kemajuan. Apa yang menjadi sebab kemajuan kemajuan itu? Yang menjadi sebabnya adalah kekuatan-kekuatan yang terkandung didalam masarakat Indonesia itu sendiri, yaitu klas-klas yang ada didalamnya serta saling hubungan di antara klas-klas itu. Revolusi Indonesia mencapai kemajuan-kemajuan bukan karena takdir, bukan pula karena hasutan dan desakan luar negeri.
Contoh lain, telor ayam bisa menetaskan anak ayam terutama karena di dalam telur ayam itu ada bibitnya sebagai sebab di dalamnya. Jika telor ayam itu tidak mengandung bibit ayam, maka bagaimanapun usaha untuk menetaskanya akan sia-sia belaka. Jadi, jelaslah bahwa gerak atau perkembangan segala sesuatu pertama-tama disebabkan oleh sebab dalam.
Pengaruh faktor luar sudah tentu ada, tetapi tidak menentukan. Pengaruh itu ada artinya, jika di dalam sesuatu itu ada faktor dalam yang menampung faktor luar tersebut. Jika faktor dalam itu tidak mampu, maka pengaruh itu tidak akan ada. Ambil contoh telor ayam tadi. Untuk menetaskan telor menjadi anak ayam membutuhkan suhu tertentu (faktor luar) tetapi, suhu itu tidak akan ada artinya jika telor itu bukan telor bibit atau telor itu busuk. Contoh lainya, bagaimana menguntungkannya situasi dunia Internasional sebagai faktor luar dalam membangun demokrasi sejati, tetapi jika kekuatan–kekuatan prodemokrasi di dalam negeri tidak solid, tidak punya organisasi yang terpimpin, tidak punya strategi-taktik yang jitu dan tidak punya program yang tepat, maka gerakan prodemokrasi itu tidak akan bisa mencapai hasil yang maksimal. Tegasnya, faktor luar itu memainkan peranan yang penting bagi gerak suatu materi, tetapi yang menentukan adalah faktor dalam. Faktor luar itu hanya bisa memberikan pengaruhnya lewat sebab dalam itu sendiri. Faktor luar itu disebut juga syarat luar dari gerak materi.
Sesuai dengan asas dialetika objektif ini, maka metode kita dalam memahami dan mengubah kenyataan objektif haruslah bertolak dari sebab dalam itu sendiri; dari gerak, saling hubungannnya dan kontradiksinya.

7.2.   Asas Saling Hubungan (interelasi)
Kaum metafisika (idealisme) perpendapat bahwa, segala sesuatu itu berdiri sendiri-sendiri, tidak mempunyai hubungan satu sama lain atau tidak mempunyai saling hubungan. Sebaliknya, asas dialetika menyatakan dan memang demikianlah kenyataanya bahwa, segala sesuatu itu tidak berdiri sendiri–sendiri, tetapi mempunyai saling hubungan. Hal yang satu mempengaruhi atau menentukan hal yang lain dan sebaliknya. Saling hubungan itu terdapat di dalam bagian-bagian di dalam sesuatu dan antara hal yang satu dengan hal yang lain saling hubungan itu terdapat pula antara masa lampau dan masa kini serta dengan masa depan.
Misalnya, dalam masyarakat Indonesia terdapat saling hubungan di antara kelas yang ada didalamnya, dimana yang satu mempengaruhi dan menentukan yang lain. Contoh lain, keadaan di kita yang terbelenggu oleh sistem kapitalis-militeris saat ini tidak terlepas dari keadaan masa yang lalu : keadaan yang sekarang akan menentukan dimasa depan .
Saling hubungan adalah saling hubungan yang secara objektif ada didalam kenyataan, ia adalah sesuatu yang diada-adakan atau yang dikira-kirakan oleh manusia secara subjektif. Misalnya, ada saling hubungan secara objektif antara watak seseorang dengan keadaan sosialnya, tetapi tidak ada saling hubungan dengan namanya. Contoh lain: ada saling hubungan antara krisis ekonomi kapitalis dengan sistem ekonomi yang berdasarkan hak milik perorangan kapitalis atas alat-alat produksi tetapi, tidak ada saling hubungan dengan bintik-bintik matahari. Jika sesuatu mengandung lebih pada satu hubunganya maka satu di antara saling hubungan itu adalah saling hubungan pokok. Saling hubungan pokok ini peranannya menentukan di antara saling hubungan-hubungan lainnya. Saling hubungan bukan pokok, bersifat tidak menentukan tetapi mempengaruhi. Misalnya, terdapat hubungan antara kaum tani dengan tuan tanah dengan proletariat dengan borjuasi dsbnya. Saling hubungan pokoknya ialah, saling hubungan kaum tani itu dengan tuan tanah .
Seorang anggota partai dalam menentukan pendiriannya mengenai sesuatu hal, dipengaruhi oleh garis partai, keinginan keluarganya, pengaruh keadaan di sekitar tempat tinggalnya /tempat kerjanya, dsb. Saling hubungan pokok dalam hal ini ialah, saling hubungan dengan garis partai. Berdasarkan asas saling hubungan ini maka, metode kita mendekati, memahami dan mengubah sesuatu haruslah dalam saling hubunganya yang ada secara objektif dengan hal-hal di sekelilingnya dengan masa lampau dan masa depan.
 7. 3.  Asas Perubahan dari Kuantitas ke Kualitas
Asas ini mengunkapkan bentuk-bentuk yang ditempuh oleh setiap materi dalam proses gerak atau perkembanganya dan dengan demikian mengariskan arah gerak atau perkembanganya. Apa yang dimaksud dengan kualitas itu? Kualitas adalah, seluruh ciri atau sifat yang terkandung di dalam sesuatu yang memberikan kepastian pada sesuatu itu. Yang membedakanya dengan hal yang lain dari pengertian kualitas ini, tidak hanya terbatas pada pengertian nilai dalam percakapan sehari-hari dan lebih luas pada pengertian sifat atau ciri saja. Misalnya, di dalam dunia semesta ini terdapat banyak sekali hal ihwal yang beraneka ragam, tetapi hal itu tidak menjadikan kita bingung karena kita bisa membedakan satu dengan yang lain; seperti kita dapat segera membedakan air dengan minyak, manusia dengan kera, masyarakat kapitalis dengan masyarakat sosialis.
Untuk mengetahui kualitasnya kita mengungkapkan antara lain, hubungan kemasyarakatan yang terdapat di dalam kedua sisterm di masyarakat terutama, hubungan produksinya. Seorang anggota partai adalah hal yang lain yang berbeda dari seorang yang bukan anggota partai. Perbedaan ini karena kualitas yang terkandung di dalam kedua hal itu, yakni perbedaan dalam ideologinya, politiknya, dan moralnya.
Kemudian, yang penting kita ketahui bahwa kualitas sesuatu itu dinyatakan dalam banyak segi, dalam banyak ciri. Diantara segi-segi atau ciri-ciri itu, ada yang merupakan ciri dasar dari kualitasnya. Jika ciri dasar kualitas itu mengalami perubahan, maka terjadilah perubahan fundamentil pada materi itu dan berubahlah materi itu menjadi materi yang baru. Tetapi, jika perubahan itu pada ciri-ciri yang bukan dasar maka tidak terjadi perubahan fundamentil pada materi itu. Masyarakat kapitalis kualitasnya bisa dilihat dari segi sistem ekonominya, sistem pemerintahannya, kebudayaannya, dsbnya. Tetapi yang paling menentukan ialah sistem ekonominya, yang merupakan ciri dasar kualitasnya. Jika sistem ekonomi masyarakat kapitalis itu berubah, maka berubah pulalah masyarakat kapitalis itu. Misal lain, kaum buruh kualitasnya bisa dilihat dari segi hubunganya dengan hak milik, jumlah penghasilanya, kedudukanya dengan proses produksi, pendidikanya, kegemaranya, pengetahuannya dsbnya. Tetapi, segi yang paling menentukan ialah, hubunganya dengan hak milik yaitu bahwa kaum buruh tidak memiliki alat-alat produksi dan hidup dari menjual tenaga kerjanya. Jika ciri ini tidak ada lagi misalnya, ia sudah memiliki alat-alat produksi dan tidak lagi menjual tenaganya maka, kualitasnya telah mengalami perubahan fundamentil yaitu dia umpanya telah berubah menjadi borjuis kecil.
Sekarang, apa yang dimaksud dengan kuantitas? Kuantitas adalah, jumlah dalam arti kata yang seluas-luasnya yaitu : banyak-sedikit, besar-kecil, luas-sempit, lama-sebentar. Dsbnya. Jadi, pengertian kuantitas disini, tidak terbatas pada bilangan saja. Kualitas dan kuantitas, terdapat bersama-sama dalam setiap hal. Atau dengan kata lain, setiap hal itu mengandung kualitas dan kuantitas tertentu. Kesatuan dari kedua unsur itulah yang menetapkan sesuatu itu. Misalnya, penanaman modal asing di negeri ini, besar kecinya berpengaruh disegala bidang kehidupan sosial, atau luas tanah yang berpusat di dalam tangan tuan tanah dsbnya. Lalu, apakah yang dimaksud dengan perubahan kuantitas ke perubahan kualitas? Adalah perubahan yang bersifat penambahan atau pengurangan yang tidak membawa perubahan pada ciri dasar kualitas. Misanya, seorang anggota partai sebelum dia mengajukan permintaan atau diterima sebagai calon anggota telah mengalami perubahan-perubahan kuantitatif yakni, semakin banyak pengalaman revolusionernya semakin makin tebal kesadaran kelasnya, makin tinggi kesadaran politiknya dan makin mengenal perjuangan dan cita-cita partai maka, makin yakin akan kebenaran konstitusi dan program partai. Contoh lain, air ketika dimasak dalam proses pemanasan dan sebelum air itu berubah menjadi uap, terjadilah perubahan-perubahan kuantitatif yaitu perubahan pada hubungan intern molekul-molekul air itu dsbnya.
Perubahan kualitatif adalah perubahan yang terjadi pada ciri dasar kualitas materi yang bersangkutan, sehingga akibatnya lahirlah ciri dasar yang baru. Misalnya, orang yang bukan orang partai tadi, menjadi calon anggotanya dan kemudian menjadi anggota partai. Perubahan dari bukan anggota menjadi anggota itu, adalah perubahan kualitatif. Atau, air yang dimasak tadi berubah menjadi uap. Perubahan kuantitatif itu berlangsung secara berangsur-angsur sedangkan perubahan kwalitatif berlangsung secara tiba-tiba, revolusioner dan merupakan suatu lompatan dalam perkembangan materi yang bersangkutan. Antara kedua bentuk perubahan itu, terdapat saling hubungan yang erat sekali. Perubahan kuantitatif menciptakan perubahan kualitatif sebaliknya, perubahan kualitatif menyelesaikan perubahan kuantitatif yang yelah terjadi yang merupakan perubahan kuantitatif yang baru. Misalnya, program cabut dwifungsi ABRI merupakan perubahan dalam hubungan sipil-militer (perubahan kuantitatif) yang menuju ke perubahan dari masa kediktatoran ke masa demokrasi sejati (perubahan kualitatif). Sebab, kita percaya bahwa selama dwifungsi ABRI masih bercokol selama itu pula, demokrasi senantiasa dalam ancaman bahaya. Dialektikanya, adanya perubahan kualitatif akan melahirkan perubahan kuantitatif yang baru. Misalnya, dalam masa demokrasi sejati, kesempatan untuk berbicara, berpendapat, dan berorganisasi, akan lebih mudah bagi setiap individu, kelompok maupun partai politik, ketimbang di era kediktatora.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perubahan itu berlangsung dari perubahan kuantitatif (evolusioner) ke perubahan kualitatif (revolusioner), dari yang kecil-kecil menunju ke yang besar, dari tingkat yang rendah ke tingkat yang lebih tinggi. Kedua hal ini tidak boleh dipertentangkan atau dikontradiksikan, keduanya berhubungan erat dan sejiwa. Dalam perjuangan menegakkan demokrasi sejati itu, kita tidak boleh terjebak pada pilihan: gerakan evolusi atau gerakan revolusioner. Perubahan revolusioner harus didahului oleh perubahan yang evolusioner sedangkan, perubahan evolusioner mesti ditingkatkan ke perubahan revolusioner. Mau mengadakan perubahan revolusioner tanpa mendahuluinya dengan perubahan-perubahan evolusioner adalah metode kekiri-kirian, avonturisme. Sebaliknya, jika kita tetap bersikukuh pada metode evolusioner tanpa meningkatkan ke perubahan revolusioner, maka kita telah terperangkap pada cara kerja reformisme yang kompromis dan oportunis.
 7.4.   Asas Kontradiksi
Asas dialektika yang ke empat adalah asas kontradiksi. Asas ini merupakan asas dialektika yang terpenting karena ia mengungkapkan lebih lanjut apa yang menyebabkan sesuatu itu bergerak. Dalam dialektika materialis kontradiksi mengandung arti yang luas, yang tidak terbatas pada pertentangan saja tetapi mencakup juga perbedaan yang sekecil-kecilnya. Misalnya, perbedaan pendapat antara si A dan si B mengenai hal yang remeh sekalipun adalah kontradiksi.
Kontradiksi terjadi apabila ada dua hal atau dua bagian dari suatu hal yang bertentangan atau berbeda. Dua hal atau dua bagian sesuatu itu disebut segi-segi atau aspek aspek kontradiksi, misalnya, antara rakyat dan Dwifungsi ABRI dimana kedua hal itu terdapat kontradiksi. Rakyat adalah salah satu aspek atau segi kontradiksi itu sedangkan Dwifungsi ABRI adalah segi atau aspek yang lain. Contoh lain, antara pendapat ”ya, dan tidak“ mengenai sesuatu persoalan juga adalah konntradiksi. Pendapat " ya” adalah salah satu kontradiksi itu sedangkan pendapat "tidak” adalah segi lainya.
 7.4.1. Keumuman dan Keumuman Kontradiksi
Kontradiksi seperti asas-asas dialektika lainya berlaku secara umum. Ia terdapat di dalam segala hal ihwal dalam semua keadaan dan semua gejala, apakah gejala itu gejala alam, masyarakat atau pikiran, kesemuanya mengandung kontradiksi

Di dalam masyarakat yang berkelas terdapat kontradiksi kelas, didalam alam organik terdapat kontradiksi antara sel yang tumbuh dengan sel yang akan mati, di dalam fikiran terdapat yang salah dengan yang benar, yang kolot dengan yang baru. Disamping itu keumuman kontradiksi berarti juga kontradiksi itu terdapat diseluruh proses perkembangan waktu, ia terdapat sejak awal hingga akhir proses itu. Misalnya, kontradiksi antara rakyat Indonesia dengan Imperialisme sejak Indonesia dijajah kaum Imperialis hingga Indonesia menjadi negeri yang merdeka.
Namun, disamping segi keumumannya, kontradiksi juga mengandung segi kekhususannya. Maknanya, untuk mengenal gerak sesuatu yang kongkrit tidaklah cukup hanya mengetahui keumuman kontradiksinya saja, kita harus pula mengenal kontradiksi yang terdapat di dalam hal yang kongkrit itu, yang khusus itu. Lebih jelasnya, yang dimaksud dengan kekhususan kontradiksi bahwa, kontradiksi yang terdapat pada hal yang satu tidaklah sama dengan kontradiksi yang terdapat pada hal yang lain. setiap hal yang khusus mengandung hal yang kontradiksi yang khusus pula. atau kontradiksi-kontradiksinya sendiri-sendiri. Perbedaan itu dapat dilihat dari aspek–aspek yang berkontradiksi, kedudukan salah satu kontradiksi dsbnya. Misalnya, terdapat kontradiksi yang berbeda di kota dengan di desa, hal itu bisa dilihat dari: di desa terdapat kontradiksi yang menonjol antara kaum tani dengan tuan tanah sedangkan di kota antara kaum buruh dengan kaum borjuasi. Demikian juga di dalam masyarakat berkelas, terdapat kontradiksi kelas sedangkan di dalam masyarakat sosialis, kontradiksi itu adalah antara pandangan yang benar dengan pandangan yang salah.
Disamping itu pada tiap tingkat dalam proses perkembangan sesuatu terdapat pula kontradiksi yang tidak sama yang terdapat pada tingkat yang berbeda. Misalnya, kontradiksi yang terdapat pada masyarakat feodal berbeda dengan kontradiksi yang terkandung di dalam masyarakat kapitalis. Di dalam masyarakat feodal terdapat kontradiksi antara petani dan tuan tanah antara tuan tanah dengan produsen kecil dsbnya, sedangkan di dalam masyarakat kapitalis kontradiksinya adalah antara kelas buruh dengan kaum borjuasi, antara borjuasi dengan produsen kecil dsbnya.
Karena pada hal yang berbeda atau pada tiap tingkat proses perkembangan sesuatu itu terdapat kontradiksi yang berbeda pula, yakni yang khusus, maka metode dalam memecahkan kontradiksi itu haruslah secara khusus pula. Metode pemecahan yang digunakan untuk menjawab kontradiksi yang satu tidak bisa digunakan untuk menjawab kontradiksi khusus yang lain, metode memecahkan kontradiksi yang terdapat di dalam masyarakat Indonesia adalah tidak sama dengan yang digunakan dinegeri lain : metode memecahkan kontradiksi di kalangan rakyat berbeda dengan metode memecahkan kontradiksi antara rakyat dengan musuh rakyat : metode memecahkan kontradiksi di dalam pikiran seorang anggota partai juga berbeda dengan metode memecahkan kontradiksi di dalam pikiran seorang yang bukan anggota partai.
 7.4.2. Kontradiksi Pokok/kunci
Seperti yang sudah dikemukakan di atas, kontradiksi itu mengandung banyak segi, yang khusus dan yang umum, bertingkat-tingkat di mana dalam setiap tingkatannya kontradiksinya juga mengalami peningkatan. Karena itu, penting sekali bagi kita untuk mengetahui kunci di dalam memecahkan dan menyelesaikan kontradiksi itu.
Kontradiksi yang menjadi kunci penyelesaian pada tingkat perkembangan itu disebut kontradiksi pokok, sedangkan kontradiksi-kontradiksi lainya adalah kontradiksi bukan pokok. Jika kontradiksi pokok itu sudah diselesaikan maka penyesaian terhadap kontradiksi bukan pokok atau kontradiksi-kontradiksi lainya akan lebih mudah diselesaikan. Konsekuensinya, kontradiksi pokok harus menjadi prioritas untuk ditangani, sedangkan kontradiksi bukan pokok penyelesaiannya bisa di nomorduakan atau bisa ditunda. Sebagai contoh, masyarakat Indonesia saat ini di dalamnya terdapat kontradiksi-kontradiksi seperti antara rakyat Indonesia dengan Imperialisme dan feodalisme, antara kaum buruh dengan borjuasi nasional dan transnasional, antara kaum buruh dan kaum tani, antara rakyat sipil dengan Dwifungsi ABRI/TNI dsbnya. Pertanyaan yang harus kita jawab lebih dahulu, kontradiksi mana yang menjadi kunci dalam menyelesaikan kontradiksi-kontradiksi yang terkandung di dalam masyarakat Indonesia itu? Jika kita simpulkan bahwa kontradiksi pokoknya adalah rakyat sipil dan Dwifungsi ABRI/TNI, maka kontradiksi ini harus dipecahkan terlebih dahulu sehingga kontradiksi yang lain akan lebih mudah diselesaikan. Sebaliknya, jika kita salah di dalam menentukan mana kontradiksi pokoknya, maka penyelesaian kontradiksi tidak akan membawa kita pada penyelesaian kontradiksi yang lebih maju atau lebih tinggi.
 7.4.3. Mutasi Kontradiksi
Kesalahan di dalam mengenali dan mengetahui mana kontradiksi pokok dan mana kontradiksi bukan pokok, disamping akan menghambat pemecahan kontradiksi, juga dapat menyebabkan pengalihan atau pemutarbalikkan kontradiksi pokok dan bukan pokok. Pengalihan atau perubahan kontradiksi pokok menjadi kontradiksi bukan pokok atau sebaliknya, kontradiksi bukan pokok menjadi kontradiksi pokok, kita mutasi kontradiksi.
Misalnya, kontradiksi pokok, kontradiksi yang tidak terdamaikan di dalam masyarakat Indonesia saat ini adalah antara rakyat sipil dengan Dwifungsi ABRI. Dwifungi ABRI menjadi musuh rakyat karena dengannya, tentara menjadi leluasa di dalam membungkam dan menumpas seluruh kekuatan rakyat yang berusaha mewujudkan keadilan dan demokrasi yang sejati. Karena itu, maka tuntutan pencabutan Dwifungsi ABRI harus menjadi program mendesak, harus menjadi prioritas bagi seluruh kaum prodemokrasi. Tetapi, tidak jarang kita temui bagaimana kelompok-kelompok reaksioner berusaha mengalihkan kontradiksi pokok ini ke masalah SARA, bahwa sumber kericuhan, sumber ketidakadilan itu disebabkan oleh dominasi minoritas non-muslim atas mayoritas muslim. Nah, perubahan dari isu Dwifungsi ABRI ke isu SARA itulah yang disebut MUTASI KONTRADIKSI.

7.4.4. Segi-segi Kontradiksi
Di dalam mempelajari kekhususan kontradiksi, disamping mengetahui kontradiksi pokok dan bukan pokok, perlu sekali bagi kita untuk memahami watak dan kedudukan dari segi-segi yang berkontradiksi itu. Seperti telah dijelaskan di atas, antara segi-segi yang berkontradiksi itu terdapat perjuangan dimana dalam perjuangan itu, sudah tentu ada segi yang akan kalah dan ada segi yang akan menang, ada segi yang akan berkembang dan ada segi yang akan mengalami kehancuranya. Segi yang akan menang dan segi yang akan berkembang itu disebut segi baru sedangkan segi yang akan kalah dan akan mengalami kehancuranya itu disebut segi lama.
Segi baru pada awalnya lemah, tetapi ia berkembang dan lama-kelamaan menjadi segi yang kuat dan mengalahkan segi lama. Harus juga diketahui bahwa menilai segi-segi itu dari sudut yang tertera adalah menilainya dari sudut wataknya. Contoh : kontradiksi antara rakyat Indonesia dengan tentara yang berdwifungsi. Rakyat Indonesia adalah segi baru sedangkan tentara adalah segi lama. Rakyat Indonesia pada awal kontradiksi itu adalah segi yang lemah tetapi berkembang terus dan akhirnya ia pasti akan mengalahkan tentara yang berdwifungsi.
Kemudian, kita harus pula meninjau segi-segi itu dari sudut kedudukanya, yaitu dari sudut peranan segi yang satu terhadap segi yang lain dalam kontradiksi itu. Pada suatu tingkat proses perkembangan tertentu sesuatu kontradiksi, ada segi yang berperan memimpin segi yang lain sehingga ia memimpin arah perkembangan kontradiksi itu. Segi yang memimpin disebut segi pokok sedangkan segi yang dipimpin itu disebut segi bukan pokok. Misalnya, perkembangan kontradiksi antara ideologi proletariat dengan ideologi non proletariat di dalam pikiran seorang buruh. Pada mulanya ideologi proletariat itu masih merupakan benih-benih yang baru tumbuh, ia masih lemah sementara, pada saat itu ideologi non proletariat merupakan segi pokok, masih kuat kedudukannya. Tetapi lewat pengalaman perjuangan dan usaha yang ulet serta terus-menerus dari aktivis-aktivis partai dalam menjelaskan program dan konstitusi partai kepadanya maka, ideologi proletariat itu berkembang hingga kesuatu tingkat menjadi sedemikian kuatnya sehingga menentukan tindak tanduknya dan mendorong dia masuk menjadi anggota partai. Pada saat itu ideologi proletariat menjadi segi pokok dan ideologi non proletariat menjadi segi bukan pokok.
Dalam keadaan tertentu dari proses perkembangan suatu kontradiksi pokok bisa berubah menjadi segi bukan pokok dan sebaliknya. Demikian pula dalam kontradiksi antara ideologi proletariat dengan ideologi non proletariat tadi, pada mulanya segi pokoknya adalah non proletariat tetapi dalam proses selanjutnya ideologi non proletariat itu menjadi segi bukan pokok yaitu, ketika ia menjadi anggota partai. Ideologi proletariat yang pada mulanya segi bukan pokok kemudian menjadi segi pokok.

8. Materialisme Histori
Filsafat Marxisme terdiri dari dua bagian pokok yaitu materialisme dialektik dan materialisme histori. Dua bagian itu merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan dan saling melengkapi. Jika materialisme dialektik mengungkapkan hukum umum perkembangan hal ihwal masyarakat, maka materialisme histori adalah penerapan hukum umum pada gejala masyarakat itu. Jadi materialisme histori mempelajari hukum-hukum umum perkembangan masyarakat, hukum umum perkembangan sejarah manusia.
 8.1. Keadaan Sosial Menentukan Kesadaran Sosial
Jika masalah terpokok dalam filsafat diterapkan pada kehidupan masyarakat maka, keadaan sosial yaitu kenyataan objektif masyarakat adalah primer, sedangkan kesadaran sosial yaitu kehidupan spirituil masyarakat adalah sekunder. Keadaan sosial menentukan kesadaran sosial sedangkan kesadaran sosial yang merupakan pencerminan keadaan sosial itu.
 Yang dimaksud keadaan sosial adalah syarat-syarat kehidupan materiil masyarakat, yang terdiri dari antara lain: keadaan geografi, penduduk dan cara menghasilkan kebutuhan hidup materiil masyarakat yaitu, sandang, pangan tempat tinggal dsbnya. Kesadaran sosial meliputi antara lain : konsepsi politik, agama, filsafat, moral, kesenian. Karena kesadaran sosial itu sekunder maka, sumber kesadaran sosial itu harus dicari bukan bukan pada keinginan subjektif manusia yang lepas dari keadaan sosialnya tetapi sebaliknya, pada keadaan sosial itu sendiri. Misalnya, kesadaran sosial yang mementingkan diri sendiri yang demikian menonjol di segala bidang di dalam masyarakat kapitalis, haruslah dilihat dari bukan ciptaan atau keingginan subjektif para ahli ideologinya, ciptaan atau keinginan yang tidak mempunyai hubungan dengan syarat-syarat materiil masyarakat kapitalis itu, tetapi sebaliknya, pada kenyataan bahwa di dalam masyarakat kapitalis itu berlaku hubungan produksi yang berdasarkan hak milik perseorangan kapitalis atas alat-alat produksi. Dengan syarat-syarat kehidupan materiil yang seperti itu kesadaran sosial yang mementingkan kepentingan umum tidak akan menonjol sebaliknya, di dalam masyarakat sosialis yang dalam hubungan produksinya berdasarkan hak milik umum atas alat-alat produksi menonjol kesadaran sosial yang mementingkan kepentingan umum.
Karena kesadaran sosial itu ditentukan oleh keadaan sosial maka dalam merumuskan kesadaran sosial pada tingkat perkembangan tertentu masyarakat itu, konsepsi-konsepsi politik misalnya, harus disusun berdasarkan keadaan sosial dimana konsepsi-konsepsi itu akan berlaku. Misalnya, masyarakat Indonesia yang belum merdeka penuh sekarang ini dimana terdapat cara produksi Imperialis feodal, borjuis nasional, dan produsen kecil maka, konsepsi politik bagi masyarakat Indonesia haruslah sesuai dengan syarat-syarat, a.l: berdasarkan syarat-syarat kehidupan materiil itu maka, revolusi kita adalah revolusi nasional anti Imperialis, tenaga pengeraknya adalah kaum buruh, kaum tani, klas borjuis kecil dan elemen-elemen demokratis lainya.
 Meskipun kesadaran sosial itu mencerminkan keadaan sosial ia juga mempunyai peranan aktif dalam mengubah atau mendorong maju keadaan sosial. Ide revolusioner mempunyai peranan penting dalam mendorong syarat-syarat materiil kehidupan masyarakat untuk maju, misalnya, ide sosialisme sangat penting artinya dalam membawa perubahan-perubahan dalam cara produksi masyarakat dan dengan demikian mendorong ke tingkat yang lebih tinggi. Jadi, sederhanaya, ide (kesadaran sosial) ditentukan oleh materi (keadaan sosial), tetapi pada tingkatan tertentu, ide lebih maju dari pada keadaan sosial.
 8.2. Hukum Umum Perkembangan Masyarakat
Materialisme dialektik berpendapat bahwa masyarakat sebagai gejala materiil bergerak dan berkembang atau berubah. Gerak perkembangan itu ditimbulkan oleh kekuatan-kekuatan materiil yang terdapat di dalam masyarakat yaitu oleh syarat-syarat materiil.
Di atas sudah dijelaskan bahwa syarat-syarat kehidupan masyarakat materiil itu ialah keadaan geografi, penduduk dan cara menghasilkan kehidupan materiil masyarakat itu. Menurut kenyataanya di antara unsur-unsur keadaan sosial itu keadaan mana yang terutama menentukan perkembangan masyarakat? Jika kita tinjau perkembangan masyarakat maka ternyata keadaan geografi dan penduduk tidak berubah sejalan dengan perubahan-perubahan yang terjadi dimasyarakat , perubahan-perubahan geografi dan penduduk berlangsung jauh ketinggalan dari perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat sehinga dapat disimpulkan bahwa, faktor-faktor itu bukan faktor yang menentukan perkembangan masyarakat. Yang menentukan ialah cara produksi.
Cara produksi terdiri dari hubungan-hubungan produksi dan tenaga produktif. Kontradiksi antara tenaga produktif dengan hubungan–hubungan produksilah yang mendorong perkembangan masyarakat. Di dalam masyarakat berkelas kontradiksi itu mengambil bentuk perjuangan kelas yaitu antara kelas yang menghisap dan kelas yang dihisap, antara kelas yang memililki alat-alat produksi dengan kelas yang alat-alat produksinya dirampas.
 8.3. Peranan Massa dan Perseorangan Dalam Sejarah
Supaya suatu sistem masyarakat bisa meneruskan kelangsungan hidupnya maka ia harus menghasilkan kebutuhan hidupnya, terutama kebutuhan hidup materiilnya a.l. sandang, pangan, perumahan dsb. Jika kebutuha-kebutuhan itu tidak terpenuhi maka masyarakat itu akan lenyap dari permukaan bumi ini, oleh karena itu menurut materialisme histori mempersoalkan sejarah masyarakat, adalah mempersoalkan orang-orang yang menghasilakn kebutuhan materiil itu yaitu mempersoalkan rakyat pekerjanya.
Rakyat pekerja adalah pencipta sejarah karena merekalah yang memungkinkan kelangsungan masyarakat itu. Tanpa rakyat pekerja kelangsungan hidup masyarakat tak mungkin. Sehingga dengan demikian, kelirulah pandangan kaum idealis yang mengatakan bahwa sejarah masyarakat diciptakan oleh raja-raja, kaisar-kaisar, pemimpin-pemimpin atau perseorangan-perseorangan .
 Apakah dengan demikian materialisme histori menyangkal peranan pemimpin atau perorangan di dalam sejarah? Materialisme histori mengakuai peranan pemimpin atau perseorangan di dalam sejarah sebagai bagian dari massa yang paling sadar dan yang dapat mencerminkan dan merumuskan kepentingan dan perasaan massa untuk memenuhi kepentingan dan perasaan mereka. Jika hal itu tidak dipenuhi maka ia bukan lagi pemimpin dan kalau ia memainkan peranan yang berlawanan dengan kepentingan dan keinginan massa maka dalam proses perkembangannya ia pasti akan ditinggalkan oleh massa. Mari kita mengambil masyarakat Indonesia sebagai contoh. Yang tergolong dalam masyarakat pekerja adalah kaum buruh, kaum tani dan produsen kecil, mereka itulah yang menjadi pencipta masyarakat Indonesia. Jadi jika dilihat dari segi ini merekalah yang menjadi tenaga-tenaga penggerak revolusi Indonesia sehingga pemimpin-pemimpin Indonesia jika ingin berjalan searah dengan pencipta sejarahnya, mesti mencerminkan atau menjadi penyambung lidah dan organisator massa rakyat pekerja itu. Bersikap bertentangan dengan kepentingan atau perasan massa itu akan berarti menentang perkembangan masyarakat Indonesia dan akhirnya akan ditinggalkan oleh massa rakyat pekerja itu. Inilah yang menimpa Soeharto, bahwa karena ia bertentangan dengan kesadaran dan perasaan massa maka, ia ditinggalkan, ia dilengserkan dari tahtanya. Dari keterangan di atas jelas terlihat saling hubungan antara peranan massa rakyat dengan pemimpinnya di dalam sejarah. Sehingga dapat disimpulkan, massa rakyat pekerja adalah pencipta sejarah, tetapi peranan pemimpinnya tidak boleh diabaikan.
Oleh karena rakyat pekerja itu adalah pencipta sejarah maka, salah satu langgam kerja partai yang terpenting adalah berpegang teguh pada garis massa, sebagai mana dicantumkan dalam konstitusi PRD dan sering ditekankan di dalam dokumen-dokumen partai. Berpaling dari garis massa berarti kita akan terjerambab pada lingkaran sejarah yang buntu.

×