Notification

×

Kategori Berita

Tags

Iklan

Sifat Dasar dan Awal mula Penindasan Terhadap Perempuan (feminist-sosialis book)

Selasa, 30 November 2010 | November 30, 2010 WIB Last Updated 2010-12-05T04:11:28Z
Selama ini terdapat pandangan yang keliru
dengan menyatakan bahwa penindasan perempuan terjadi secara biologis. Secara nyata terdapat perbedaan secara biologis tetapi penindasan tidak selalu karena perbedaan. Penindasan yang sebenarnya adalah pada karakter sosial dan ekonomi. Fungsi melahirkan pada perempuan tetap sama baik dalam masyarakat pra kelas maupun kelas. Perubahan status sosial perempuan dari satu masyarakat ke masyarakat berikutnya tidak mengurangi peran pelayanan domestik yang berada pada kontrol dan perintah laki-laki

Sebelum kelas masyarakat berkembang, kaum Marxist menyebut periode tradisional dalam sejarah sebagai masa komunisme primitif (masyarakat pemburu-mengumpulkan) dimana produksi sosial diusahakan secara bersama dan dibagi sama rata. Hal ini bukan berarti tidak adanya pembagian tugas dari berbagai sub kelompok berdasarkan usia, gender dan sebagainya dalam kelompok sosial yang lebih besar. Tetapi dalam hal ini tidak ada penindasan atau penghisapan antara sub kelompok yang ada. Tidak ada basis material untuk melakukan penindasan dalam hubungan sosial. Baik laki-laki maupun perempuan ikut berpatisipasi dalam produksi sosial untuk, untuk menjaga agar tersedia cukup makanan untuk semua orang. Peran sosial perempuan dan laki-laki tidak memisahkan peran mereka dalam proses produksi secara keseluruhan untuk melanggengkan kelompoknya. Perbedaan sosial tidak menjadikan ketidaksamaan

Penindasan perempuan dan kelas masyarakat
Transisi pra kelas menuju kelas saling terkait bagi munculnya penindasan perempuan. Berbagai penelitian dan diskusi dilakukan, bahkan melibatkan pandangan h m, untuk menentukan posisi yang tepat atas transisi yang kompleks ini. Bagaimanapun juga, sudah ada kejelasan dari garis fundamental mengenai munculnya penindasan perempuan. Perubahan status perempuan berkembang seiring dengan pertumbuhan produktivitas tenaga kerja manusia dalam pertanian, domestifikasi binatang dan pengumpulan bahan, kemunculan divisi pekerja baru. Keahlian dan perdagangan, sumbangan individu pada pertambahan dan surplus ekonomi yang permanen, tersedianya kesempatan bagi kemakmuran individu tanpa penghisapan antara satu dengan yang lainnya
Dalam kondisi socio-ekonomi yang spesifik ini, saat eksploitasi terhadap sesama memberi keuntungan bagi sebagian orang, kaum perempuan karena tugas biologisnya dalam produksi (produksi sosial untuk menghasilkan generasi berikutnya) telah menjadi milik yang berharga. Mereka menjadi sumber kekayaan, sama halnya dengan budak dan ternak. Mereka adalah penghasil tenaga kerja baru untuk dieksploitasi. Seiring dengan kemunculan institusi sosial dan ekonomi dalam era baru. Atas kepemilikan pribadi, terjadi pembelian perempuan beserta seluruh hidupnya oleh laki-laki. Peran sosial perempuan semakin dipertegas sebagai pelayan domestik dan penghasil anak
Seiring dengan akumulasi kekayaan pribadi, unit keluarga dikembangkan sebagai institusi yang bertanggungjawab atas anggota masyarakat yang tidak produktif-terutama kaum muda- ditransfer dari masyarakat secara keseluruhan untuk mengidentifikasi individu atau sekelompok kecil individu. Ini adalah institusi sosial-ekonomi pokok untuk mendapatkan satu generasi bagi divisi kelas berikutnya dalam masyarakat-divisi-divisi antara mereka yang mendapatkan kekayaan dan hidup dari menghisap tenaga kerja dan mereka yang tidak punya kekayaan dan harus bekerja pada orang lain. Hancurnya egalitarian, tradisi komunal dan struktur komunisme primitif menjadi esensial bagi munculnya penghisapan kelas dan hubungannya dengan akumulasi kekayaan pribadi
Sistem keluarga
Ini adalah institusi keluarga mula-mula secara fakta, kata famili diambil dari bahasa latin asli yaitu famulus, dan masih digunakan hingga kini, yang berarti pelayan rumahtangga, dan familia, pelayan sepenuhnya milik satu orang
Sistem keluarga-lah yang mengistitusikan penindasan perempuan. Peran independen perempuan dalam produksi sosial dihilangkan. Peran produksi perempuan dibatasi oleh keluarga yang memilikinya dan subordinat terhadap laki-laki. Ketergantungan ekonomi telah menempatkan status sosial perempuan sebagai kelas kedua, yang mana keserasian dan kontinuitas keluarga selalu mengalami ketergantungan. Jika saja perempuan dapat membawa pergi anak-anak mereka tanpa mengalami tekanan sosial ekonomi, keluarga tidak akan mampu bertahan
Sistem keluarga dan penuindukkan atas perempuan semakin menguat seiring dengan menguatnya kelas masyarakat. Sebagai penopang divisi-divisi kelas dan melanggengkan akumulasi kekayaan pribadi. Negara, dengan polisi dan tentaranya, hukum dan pengadilan, turut memperkuat hubungan ini. Ideologi kelas penguasa berdiri diatas dasar ini dan memainkan peran penting dalam degradasi jenis kelamin perempuan. Dikatakan bahwa perempuan secara fisik dan mental inferior terhadap laki-laki dan hal ini merupakan hal yang ‘alami’ atau jenis kelamin kedua secara biologis. Meskipun penundukkan atas perempuan memiliki konsekuensi berbeda pada perempuan dengan kelas yang berbeda namun seluruh kaum perempuan sebagai yang berjenis kelamin perempuan mengalami penindasan dalam tiap kelasnya
Tidak ada institusi lain dalam kelas masyarakat yang peran sebenarnya tersembunyi dan dimistikkan seperti dalam keluarga. Kaum moralis borjuis mengklaim bahwa keluarga merupakan penjaga kesatuan moral dan alami atas masyarakat. Kaum antropologi borjuis turut menguatkan mitos tentang unit keluarga. Mereka tidak mengakui fakta bahwa keluarga muncul dan berkembang seiring dengan perkembangan kepemilikan pribadi, kelas masyarakat dan negara. Mereka tidak mengaburkan fakta adanya klan sebagai unit sosial dasar dalam masyarakat pra kelas dan bahwa barang digunakan secara bersama-sama dalam setiap klan. Sistem keluarga terikat dalam perjanjian pernikahan dan memungkinkan adanya kepemilikan pribadi, hal ini berbeda dengan struktur klan
Sistem keluarga dilegalkan melalui sistem …….kelas, sepanjang sejarah kelas masyarakat. Bentuk keluarga sebagai corak produksi disusun dan diadaptasi sesuai kebutuhan kelas penguasa dan bentuk kepemilikan pribadi mengalami perkembangan dalam tahap yang berbeda. Sistem keluarga di jaman perbudakan berbeda dengan jaman feodalisme. Dalam sistem perbudakan, institusi keluarga hanya terdapat pada kelas pemilik budak (budak tidak berkeluarga). Di jaman feodalisme, sistem keluarga diperluas hingga kelas pekerja dan budak, yang memiliki sedikit alat produksi (sebidang kecil tanah, binatang dan alat pertukangan), dan menjadi unit dasar yang mengerjakan produksi sosial. Hal ini kontras dengan bentuk keluarga ‘inti’ perkotaan pada saat ini yang bukan lagi sebagai unit produksi sosial
Lebih jauh lagi, secara simultan sistem keluarga memenuhi keberadaan perbedaan sosial dan ekonomi melalui kelas-kelas dengan peran produksi dan hak kepemilikan yang berbeda yang kepentingannya secara diametris saling berlawanan. Sebagai contoh, ‘keluarga’ hamba dan ‘keluarga’ bangsawan merupakan unit sosio-ekonomi yang cukup berbeda. Meskipun begitu mereka juga adalah bagian dari sistem keluarga, sebuah institusi dari sistem kelas yang memiliki peran tersendiri dalam tiap tahap sejarah kelas masyarakat
Disintegrasi keluarga dalam sistem kapitalisme membawa banyak penderitaan akibat belum adanya kerangka besar mengenai hubungan antara manusia. Dalam masyarakat kelas, keluarga merupakan satu-satunya institusi yang dapat memuaskan setiap orang untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia, termasuk cinta dan persahabatan. Hal ini yang menjadi latar belakang adanya penindasan ganda atas ras, etnis dan lain-lain. Keluarga akan terus menghadapi kesukaran selama masyarakat kelas masih berdiri. Dengan begitu, keluarga bukan untuk memenuhi kebutuhan dasar, melainkan institusi ekonomi dan sosial yang berfungsi:
a. Kelas penguasa menggunakan keluarga yang merupakan mekanisme dasar untuk mengabaikan tanggungjawab sosial atas tenaga kerja yang mereka hisap-manusianya. Pada derajat yang paling memungkinkan, kelas penguasa berusaha agar tiap keluarga bertanggungjawab sendiri, yang juga mengesahkan ketidakadilan dalam distribusi pendapatan, status dan kekayaan
b. Dalam sistem keluarga berlaku sistem warisan kekayaan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Mekanisme ini merupakan basis sosial dalam melanggengkan pembagian divisi-divisi dalam masyarakat ke dalam kelas-kelas
c. Sistem keluarga merupakan mekanisme termurah dan secara ideologis dapat diterima oleh kelas penguasa bagi penyediaan tenaga kerja. Pembebanan tanggungjawab atas kaum muda di pundak keluarga telah memperkecil-dianggap sebagai milik pribadi- akumulasi kekayaan masyarakat yang digunakan untuk menjamin hasil produksi kelas pekerja. Lebih jauh lagi, keluarga sebagai unit terkecil berjuang untuk mempertahankan hidup telah mencegah persatuan diantara mereka yang paling tertindas dan terhisap
d. Sistem keluarga menguatkan divisi sosial kelas pekerja dimana secara fundamental kaum perempuan diposisikan pada tugasnya untuk melahirkan-menjaga anggota keluarga yang lain-sesuai dengan fungsi reproduksinya. Dengan begitu institusi keluarga turut berperan dalam menguatkan pembagian divisi sosial pekerja yang menundukkan kaum perempuan pada tugas-tugas domestik dan menjadikannya tergantung secara ekonomi
Keberlangsungan divisi-divisi kelas-kelas ditunjang oleh sistem keluarga sebagai institusi yang represif dan konservatif dimana didalamnya terdapat hirarkhy dan kekuasaan. Hal ini yang membentuk karakter dan tingkahlaku anak-anak dalam masa pertumbuhan. Menegakkan kekuasaan dengan aturan, disiplin dan kerja yang harus dipenuhi. Hal-hal ini yang menumbuhkan jiwa pemberontak dan non-kompromi. Memaksa agar perubahan dan penekanan seluruh seksualitas dapat diterima atas aktifitas sexual antara laki-laki dan perempuan untuk kepentingan reproduksi dan peran socio-ekonomi, menanamkan nilai-nilai sosial dan norma-norma susila yang harus dipatuhi tiap individu dan tunduk pada dominasi kelas masyarakat. Mengubah seluruh hubungan antar manusia dengan menyudutkan mereka pada tekanan ekonomi, ketergantungan perorangan dan penindasan seksual
Keluarga dalam sistem kapitalisme
Formasi sosio-ekonomi sama seperti sebelumnya, keluarga juga dikembangkan dibawah kapitalisme. Kelas penguasa melanggengkan sistem keluarga karena institusi ini dibutuhkan untuk memenuhi fungsi sosial dan ekonomi yang sudah digariskan
Sistem keluarga mengesahkan warisan antar generasi bagi kaum borjuis. Perkawinan diartikan sebagai gabungan antar modal yang memberi keuntungan terutama pada tahap awal akumulasi modal
Sementara bagi kaum petty borjuis seperti petani, pengrajin atau pemilik usaha kecil, keluarga dianggap sebagai penghasil tenaga kerja produktif
Bagi kelas pekerja, secara mendasar dilihat sebagai gabungan institusi kelas yang menjalankan perlindungan mutual bagi tiap anggota keluarga, satu hal yang dibebankan pada kelas pekerja, untuk melayani kepentingan ekonomi kelas borjuis bukan pekerja. Di kalangan pekerja, sejak kecil sudah diindoktrinasi sebagai hal yang alami dan abadi dalam hubungan antar manusia (upah buruh, kepemilikan pribadi dan negara)
Mustahil untuk berbicara tentang penghapusan keluarga. Saat ini sosialisme demokratik mencoba untuk memindahkan tekanan sosial dan ekonomi yang mengarahkan kalangan umum pada sistem keluarga, dan memberikan pilihan yang lebih luas bagi tiap individu tentang bagaimana mereka menjalankan kehidupan. Meskipun begitu, transformasi sosialis masih membawa institusi di masyarakat sebelumnya termasuk keluarga. Peran keluarga hanya dapat dihancurkan apabila seluruh masyarakat makin bertanggungjawab terhadap kepentingan umum
Ka[pitalisme telah memodifikasi penindasan terhadap perempuan agar sesuai dengan kebutuhan dan keuntungan ekonomi. Kemunculan industrialisasi kapitalis sebelumnya sudah memiliki banyak kontradiksi dalam mempertahankan penindasan terhadap perempuan:
a. Dengan munculnya kapitalisme dan pertumbuhan kelas pekerja, diantara para pekerja unit keluarga tumbuh menjadi unit produksi dalam skala kecil walaupun masih tetap sebagai unit basis yang menghasilkan konsumsi dan reproduksi tenaga kerja setiap anggota keluarga, laki-laki dan perempuan menjual tenaga mereka secara perorangan ke pasar tenaga kerja. Keluarga tertindas dan terhisap yang semula memenuhi kebutuhan ekonomi secara bersama-sama mulai luntur (kenyataan bahwa mereka harus kerjasama untuk mempertahankan hidup). Sejak kemunculan masyarakat kelas untuk pertamakalinya kaum perempuan meningkat derajatnya saat ditarik ke pasar tenaga kerja yang memberikan kemandirian ekonomi. Kaum perempuan mulai meruntuhkan penundukkan domestik. Akibatnya sistem keluarga runtuh
b. Dengan begitu terdapat kontradiksi antara meningkatnya integrasi kaum perempuan di pasar tenaga kerja dan mempertahankan keluarga. Institusi keluarga mulai buyar saat kaum perempuan mendapat kedudukan yang sama dan meraih kemandirian secara ekonomi. Tetapi sistem keluarga adalah tiang penyangga bagi kelas yang berkuasa sehingga kapitalisme tetap mempertahankannya
c. Saat melakukan percepatan ekspansi, kelas kapitalis mengalami kontradiksi dengan pertumbuhan jumlah perempuan di pasar tenaga kerja. Mereka harus mempekerjakan perempuan agar memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Mempekerjakan perempuan berarti mendobrak kerja-kerja domestik dimana perempuan bertanggungjawab untuk membesarkan anak. Dengan begitu negara harus bertanggung jawab terhadap keluarga, untuk memenuhi kebutuhan sosial dan ekonomi seperti pendidikan, penitipan anak dan merawat orangtua dan yang sakit. Tetapi pelayanan sosial lebih mahal ketimbang mempekerjakan perempuan di rumah tanpa bayar. Hal ini diambil dari nilai lebih yang bisa diterima oleh pemilik modal karena masih cukup menguntungkan. Lebih jauh, program sosial memberi wacana bahwa masyarakatlah dan bukan keluarga yang harus bertanggungjawab atas kesejahteraan anggota keluarga yang tidak produktif. Hal ini menjadi harapan sosial bagi kelas pekerja
d. Kerja tanpa upah yang dilakukan perempuan dirumah-memasak, membersihkan, mencuci, menjaga anak-memainkan peran spesifik dibawah kapitalisme. Kerja-kerja rumahtangga ini menjadi elemen penting dalam mereproduksi tenaga kerja yang dijual kepada kapitalis (tenaga kerja perempuan itu sendiri, suami, anak-anak maupun anggota keluarga yang lain). Dari penelitian yang dilakukan oleh biro statistik Australia pada tahun 1990 tercatat sekitar 60% dari GDP ekuivalen dengan jumlah perempuan yang bekerja tanpa upah dirumah.
Jika perempuan tidak lagi bekerja tanpa upah, dalam keluarga kelas pekerja tingkat upah harus dinaikkan agar sama. Kenaikan upah dibutuhkan untuk membayar barang-barang kebutuhan dan pelayanan (tentu saja secara historis setiap negara berbeda periodenya dalam menentukan standar umum kebutuhan hidup bagi tenaga kerja. Hal ini tidak mungkinberkurang secara drastis tanpa ada perlawanan dari kelas pekerja). Penurunan jumlah kaum perempuan yang melakukan kerja domestik tanpa dibayar akan mengurangi keuntungan dan merubah proporsi antara keuntungan dan upah kelas pekerja
Begitu juga dengan kelas kapitalis-bukan laki-laki secara umum, dan tentu saja bukan pendapatan laki-laki yang mendapat keuntungan dari kerja domestik kaum perempuan yang tidak dibayar
e. Semakin jelas terlihat dalam masa krisis ekonomi peran penting keluarga dan dilema atas dipekerjakannya perempuan untuk kepentingan kelas penguasa. Kapitalis harus melakukan 2 hal:
- Jumlah tenga kerja perempuan harus dikendalikan untuk mendapatkan cadangan tenaga kerja dan level upah terendah
- Anggaran sosial yang disediakan negara harus dikurangi dan beban ekonomi dikembalikan lagi pada tiap keluarga pekerja
Untuk memenuhi 2 hal tersebut, kapitalis harus melakukan kampanye ideologis melawan konsep persamaan dan kemandirian perempuan, dan memperkuat tanggungjawab atas anggota keluarga, anak-anak, orang sakit dan orangtua. Menguatkan pandangan tentang keluarga sebagai satu-satunya bentuk ‘alamiah’ dari hubungan antar manusia dan meyakinkan kaum perempuan, yang mulai memberontak terhadap status subordinasi, bahwa kebahagiaan sejati adalah apabila mereka kembali pada ‘kealamian’ dan peran utama sebagai istri-ibu-penjaga rumah. Meskipun harus menghadapi bayangan mengerikan atas krisis, kapitalis menyadari bahwa sejak kemunculan gelombang kedua feminisme, semakin besar jumlah angkatan kerja perempuan, semakin sulit untuk mengembalikan posisi domestik perempuan
f. Kondisi ini berbeda dengan saat industrialisasi masih berada pada tahap awal ketika eksploitasi terhadap perempuan dan anak-anak dilakukan secara brutal, tak terkendali dan tak beraturan dalam rangka penghancuran struktur keluarga kelas pekerja dan mempergunakannya untuk mengorganisir, mengontrol dan memproduksi angkatan kerja
Trend inilah yang digambarkan oleh Marx dan Engels tentang Inggris pada abad 19. Mereka memprediksikan melenyapnya sistem keluarga di kelas pekerja. Dalam hal ini benar pandangan dan pemahaman mereka tentang keluarga dalam masyarakat kapitalis, tetapi mereka tidak memperkirakan kemampuan kapitalis untuk mengerem perkembangan kontradiksi yang melekat dalam kapitalisme itu sendiri. Mereka mengecilkan kemampuan kelas penguasa untuk mengatur pekerja perempuan dan anak-anak dan menggalang keluarga untuk melayani kepentingan sistem kapitalis
Dibawah tekanan kuat dari gerkan buruh untuk memperbaiki kondisi eksploitasi brutal terhadap perempuan dan anak-anak, di perempat akhir abad 19 negara kapitalis dalam jangka panjang dihalangi oleh kepentingan kelas penguasa-sungguhpun melintasi tujuan setiap individu kapitalis untuk memeras darah pekerja dengan kerja 16 jam perhari dan mati di usia 30 tahun
g. Untuk mempertahankan keluarga sebagai inti dasar sosial bagi kapitalisme, politikus kapitalis bertanggungjawab dalam mengetatkan kebijakan untuk melindungi dan mempertahankan kepentingan kelas penguasa yang menyadari kebutuhan akan peran keluarga dalam politik, ekonomi dan sosial. ‘Pertahanan keluarga’ bukan sekedar semboyan demagogi kaum ultra kanan. Mempertahankan sistem keluarga juga menjadi kebijakan dasar politik di tiap negara kapitalis, yang didikte oleh kebutuhan sosial dan ekonomi kapitalis itu sendiri
Dibawah sistem kapitalisme, sistem keluarga juga menciptakan mekanisme yang mengeksploitasi kaum perempuan sebagai pekerja upahan:
1. Menyediakan sejumlah besar tenaga kerja untuk kapitalisme yang dapat menjadi angkatan kerja atau dirumahkan dengan konsekuensi sosial yang lebih kecil ketimbang komponen lain dari barisan pekerja
- Tingginya jumlah perempuan yang tidak bekerja adalah karena secara relatif kurang adanya protes sosial dan dikuatkan juga oleh ideologi suprastruktur yang menyebutkan bahwa tempat perempuan adalah dirumah. Selain itu, dikatakan bahwa perempuan bekerja hanya untuk tambahan penghasilan bagi keluarga. Ketika tidak bekerja, mereka terserap dalam kerja-kerja rumahtangga, jelas samasekali bukan ‘tidak bekerja’. Perlakuan sosial yang mengisolasi dan memisahkan kaum perempuan dalam individu rumahtangga yang terpisah telah memendam amarah dan dendam mereka. Dengan begitu pada masa krisis ekonomi, ketegangan dipicu oleh sikap kelas penguasa yang selalu menyerang hak perempuan untuk bekerja, menekan kaum perempuan untuk menerima kerja paruh waktu, pengeluaran dari keuntungan tidak bekerja bagi ‘istri’, dan pengurangan pelayanan sosial seperti perawatan anak, kesehatan, keterbelakangan mental dan fisik, fasilitas untuk orangtua
b. Diterimanya secara luas ide seksis tentang posisi perempuan dirumah, membenarkan tindakan kapitalis untuk mengeksploitasi pekerjanya dengan:
- Mempekerjakan perempuan dengan upah rendah, kerja tanpa keahlian
- Upah yang tidak sama dan upah rendah
- Pemisahan jenis kelamin dalam industri
Hal-hal inilah yang memecah kelas pekerja, memperlemah persatuan untuk mempertahankan kepentingan kelas mereka
c. Supereksploitasi terhadap perempuan yang ditempatkan sebagai pekerja cadangan yang bergantung pada upah laki-laki, semakin tidak tergantikan karena struktur upah dibangun dari atas. Semakin besar kesempatan kapitalisme untuk memecah dan mengatur kondisi kerja dan keuntungan yang berbeda karena perempuan pekerja tidak terintegrasi secara proporsional dalam organisasi atau serikat buruh manapun
e. Supereksploitasi terhadap perempuan semakin dimungkinkan dengan penundukkan mereka ke dalam keluarga yang membangun pondasi ideologi, ekonomi dan sosial. Eksploitasi terhadap perempuan pekerja bukan hanya dalam upah tetapi juga buruh rendah yang ditentukan berdasar jenis kelamin
Terserapnya sejumlah besar kaum perempuan dalam industri telah membangun kontradiksi antara bertambahnya kemandirian ekonomi dan penundukkan domestik ke dalam unit keluarga, hal ini mendorong kaum perempuan untuk melawan supereksploitasi terhadap mereka dan ideologi seksis yang menyangganya. Sejak kaum perempuan menyadari bahwa penindasan terhadap mereka berasal dari masyarakat kelas, maka untuk meraih kebebasan struktur masyarakat harus dirubah
×